Chaos [M]

2.6K 234 99
                                        

Subuh sebelum fajar nampak, Taehyung menggendong Jeongguk yang tidak bisa berjalan. Anak itu mengeluh pantatnya sakit karena Taehyung kembali menggempurnya beberapa kali tanpa jeda.

Taehyung mengantar Jeongguk pulang sesuai janjinya. Mereka melewati jalan setapak yang gelap dan berkabut, ditemani Jimin yang mengawalnya agak jauh dari belakang.

"Yang Mulia, bolehkah hamba bertanya sesuatu?" Bisik Jeongguk dari belakang punggung Taehyung. Suaranya serak akibat semalaman dibuat merengek oleh pria-nya.

"Kau tak perlu meminta ijinku, katakan saja Jeongguk."

Jeongguk mengeratkan pelukannya pada leher Taehyung. Tak tahan karena dinginnya udara masih menembus pakaian yang dikenakannya.

"Aku melihat berbagai lukisan di dalam ruangan Yang Mulia. Bagiku, semuanya terlihat menakjubkan. Namun adakah lukisan yang paling berkesan untukmu Yang Mulia?"

"Tidak ada." Taehyung sedikit mengangkat tubuh Jeongguk. Membenarkan posisinya karena ia merasa tubuh Jeongguk semakin melorot di balik punggungnya. Kemudian melanjutkan langkah.

"Benarkah?" Jeongguk sedikit mendorong kepalanya agar bisa menatap Taehyung lebih dekat.

"Ya." Jawab Taehyung sebelum mendesis dan membuang napas lewat mulut. Ada kepulan asap yang keluar dari mulutnya saat berbicara.

Berkat bantuan dari cahaya rembulan, Jeongguk bisa tahu bahwa bibir Taehyung sedikit bergetar. "Yang Mulia kedinginan?"

"Ya, bisakah kau memelukku lebih erat dari ini?"

Jeongguk langsung melakukannya. Tangannya melingkar lebih erat, dagunya bahkan sudah mendarat pada pundak Taehyung. Hingga entah keberanian darimana, Jeongguk justru bersikap berlebihan dengan mengecup pipi Taehyung malu-malu.

Membuat langkah kaki sang pria seketika berhenti dengan detak jantung yang hampir mati.

"Yang Mulia?"

Tak ada sahutan dari Taehyung.

Telapak tangannya menepuk dada Taehyung pelan, "Yang Mulia baik-baik saja?"

"Jangan lakukan hal itu lagi. Kau tahu aku bisa melakukannya bahkan di tengah jalan seperti ini."

"Di depan pengawal Yang Mulia? Sungguhan?" Tanya Jengguk tak percaya.

"Kau kira aku tak bisa? Selama ini aku memberi ruang untuk keintiman kita. Aku bisa melakukannya bahkan di depan ratusan rakyat Goryeo sekaligus."

"Kumohon jangan lakukan itu, Yang Mulia," Jeongguk lebih memilih untuk menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Taehyung. Saat ini mungkin wajahnya total memerah. Membayangkan bagaimana dirinya diperdaya Taehyung dengan disaksikan oleh ratusan pasang mata membuat aliran darahnya berdesir sampai ke otak. Jeongguk tak pernah menyangka bahwa perkataan seseorang bisa membuatnya jadi sepanas ini.

Taehyung tertawa setelahnya mengulum senyum.

"Kau tahu, Jeongguk. Aku sudah menghasilkan puluhan lukisan. Semuanya hanya tentang keindahan alam. Di mataku semua terlihat sama saja. Baru-baru ini aku memikirkan sesuatu. Aku ingin mencoba hal baru."

"Apa itu?"

"Melukismu."

"Bukankah Yang Mulia pernah melakukannya? Saya bahkan masih menyimpan pemberianmu."

"Maksudku, aku ingin melukismu telanjang di dalam kamarku. Tanpa mengenakan sehelai benang pun, kemudian berbaring di ranjang emasku. Ku pikir itu akan menjadi karya terbaikku. Bagaimana menurutmu?"

Tak ada jawaban dari Jeongguk.

"Jikalau kau mengijinkan. Jika tidak-"

"Aku malu,"

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang