Farewell

1.2K 176 29
                                    



Dalam cahaya remang-remang, Taehyung mengamati wajah damai Jeongguk ketika tertidur. Napasnya teratur, dengan kedua bilah bibir yang sepenuhnya mengatup. Taehyung yang menatap pemandangan menakjubkan itu mulai menggerakkan kuasnya untuk melukis si jelita yang sedang menyelami bunga tidurnya.

Sudah lama ia tak menggores kertas dan melelehkan tinta. Sebenarnya, kegiatan ini cukup membuatnya sedikit meringankan tekanan pada bahunya. Tabib Seo mengatakan, menggambar merupakan terapi paling ampuh saat dirinya tak bisa tidur selain meminum tonik racikan tabib istana. Maka dari itu ia hanya menggunakan arang bekas pembakaran di tungku kayu yang ia ambil. Kemudian menggambar fabrik yang menurutnya paling indah melebihi jagad raya.

Taehyung tersenyum puas saat lukisannya selesai. Ia baru akan beranjak saat pintu kamarnya diketuk beberapa kali. 

"Yang Mulia, Pengawal Park belum kembali setelah ia mengambil air di sumur desa." ucap Paman Lee saat Taehyung keluar kamar.

Sudut matanya berkedut. Perungunya terasa mati, tak siap mendengar kabar yang baru saja ia dengar. Kepalanya menunduk dengan pandangan kosong.

Tak mendapati Taehyung berkutik, Paman Lee kembali bertanya, "Yang Mulia, bagaimana ini?"

"Bagaimana bisa dia keluar?!" balas Taehyung dengan setengah berteriak. Ia tak ingin Jeongguk terbangun karena suaranya.

"Persediaan air di dapur sudah habis. Biasanya kami membelinya pada mata air dekat kepala desa. Saya tidak tahu jika Pengawal Park pergi ke sana sendirian setelah saya memberitahu di mana letak mata air itu." ucap Paman Lee sambil menunduk sedih.

Taehyung mencekram ujung pakaiannya dengan pandangan wajah teramat kalut. Dirinya gugup setengah mati. Darah bahkan mendidih sampai atas kepala. Amarah serta kekecewaan membelenggu jiwanya. Jimin tak kembali, jelas ia ditangkap oleh prajurit kerajaan yang sedang berpatroli.  Ia yakin Jimin sudah berhati-hati. Namun ia tak tahu seberapa banyak prajurit di luar sana.

Taehyung menarik napas berat. Bola matanya sudah tak fokus. Sedangkan ujung jemarinya mulai mengeluarkan keringat dingin. Takut sesuatu terjadi pada orangnya atau lebih tepatnya mereka akan membunuh Jimin sebab tak mengaku di mana keberadaanya sekarang.

Jadi ini akhir ceritanya bersama Jeongguk? 

"Taehyung?" panggil Jeongguk dari dalam kamar. Ia terbangun sebab kebisingan di depan kamar. Sejujurnya, Jeongguk tak sepenuhnya tertidur. Saat ia mendengar langkah kaki Taehyung mulai memasuki kamar, ia berpura-pura terlelap tanpa tahu apa yang dilakukan pria-nya selama itu di dalam kamar tanpa menyentuhnya.

Sedangkan Taehyung menghiraukan bagaimana Jeongguk memanggilnya dari dalam. Ia menjilat lidahnya sendiri dan menengadahkan kepalanya beberapa saat. Ia menghembuskan napasnya berat dan berterima kasih pada Paman Lee. Ia menggeser pintu dan bergerak gesit untuk memakai jubah luarnya yang tergantung di dinding.

Jeongguk yang sepenuhnya sadar, hanya bisa mengamati pergerakan Taehyung dengan raut kebingungan dengan posisi duduk. Dahinya mengkerut samar sebab Taehyung terlihat kalut.

"Taehyung hendak kemana?" ucap Jeongguk yang masih lemah. Ia melihat Taehyung memasang jubahnya lekas-lekas. Mengikatnya begitu asal. Membuat pandangan Jeongguk mengabur saat ucapannya diabaikan.

Dengan wajah menegang, Taehyung duduk bersimpuh di depan Jeongguk setelah mengatur napasnya yang memburu beberapa saat. Membelai surai hitam Jeongguk lembut hingga yang lebih muda tak bisa membaca arti dari tatapan Taehyung.

"Kemana?" tanya Jeongguk setelah meraih pergelangan tangan Taehyung yang bebas. Merematnya kuat seakan takut ditinggal sendirian.

"Aku harus ke istana." Jantung Jeongguk merosot sampai dasar perutnya. 

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang