Escape

1.2K 196 55
                                    



"Pengawal Park?" panggil Taehyung dengan pandangan menerawang. Langit ditutupi awan gelap yang tebal. Ia kini berada di sebuah gazebo istana. Di bawahnya, terdapat kolam ikan serta bunga lotus merah muda yang mekar pada permukaan air. Pikirannya berkelana, sedangkan kepalanya memberat. Taehyung sudah berdiri cukup lama dengan isi kepala yang tercerai berai.

"Hamba, Yang Mulia." jawab Jimin yang setia menemaninya di belakang. 

Taehyung masih berceriman pada genangan air di bawah sana. Wajahnya sendu. Ia menatap telapak tangannya yang sudah dibersihkan. Namun pakaiannya masih ternodai oleh darah Tabib Seo. Ia yakin kabar buruk itu sudah merebak di penjuru istana. 

"Jika Yang Mulia Raja memerintahkanmu untuk membunuh Jeongguk-ku? Apa kau akan menyanggupinya?" Taehyung memalingkan pandangannya pada Jimin yang sudah membola. 

Jimin tak menyana bila ia dihadang dengan pertanyaan mematikan seperti itu. Dirinya menekuk wajah dan berpikir sejenak. Menimang-nimang jawabannya untuk dipertimbangkan.

Sedangkan Taehyung mendengus dan tersenyum penuh arti. "Tentu, saya akan menolaknya."

Kendati puas dengan jawaban pengawalnya, Taehyung justru tergelak dibuatnya. Ia tertawa begitu lepas sampai kepalanya terbanting ke belakang. Membuat Jimin bergidik ngeri dan hanya bisa menunduk pasrah. 

"Benarkah?" tanya Taehyung tak percaya. Ia mencoba membuktikan seberapa setia Jimin terhadapnya. Dulu, Tabib Seo sudah ia anggap seperti teman. Ia menceritakan segala keluh kesah padanya. Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa Tabib Seo menghianatinya begini. Terlepas dari perintah ayahnya yang berniat mencelakai Jeongguk, Tabib Seo tetap memilih jalan untuk mati ditangannya.

"Kau memilihku karena kau takut padaku?" tantang Taehyung.

Jimin menelan ludahnya sulit. "Jika saya menyanggupi perintah Yang Mulia Raja, maka saya akan mati di tangan Yang Mulia Putra Mahkota. Begitupun juga sebaliknya. Sesungguhnya, daripada saya mati atas penghianatan, saya lebih ingin dikenang jika saya mati karena kesetiaan saya terhadap Yang Mulia."

Taehyung sedikit tertegun mendengar jawaban yang Jimin lontarkan. Pria di sampingnya ini tak pandai bersilat lidah. Ia sudah lama mengenal Jimin sejak Taehyung kembali ke istana dari tempat pengasingan. Taehyung menatap pengawalnya terkesima. "Saya sudah disumpah untuk menjaga Yang Mulia sampai akhir hayat. Tanggung jawab itu sudah melekat dalam jiwa saya."

"Kalau begitu buktikan." Taehyung melihat pupil mata Jimin bergetar. Dirinya hanya menguji kesungguhan Jimin.

Taehyung mengerjap beberapa kali lalu merunduk untuk mengambil belati yang tersemat di sepatu kulitnya. Memberikannya pada Jimin yang menatapnya bingung. 

Pengawal Park meraih belati itu dengan ragu. Maka, dengan menutup matanya rapat, Jimin membuka sarung belati dengan ukiran emas itu, dengan yakin ia menggores telapak tangannya dua kali dan membuat Taehyung membelalak tak percaya. 

Darah mengucur deras di sana. Melihat Taehyung tak berkutik, Jimin berpikir bahwa tindakannya masih tak membuat Taehyung puas dan menginginkan lebih. Maka, dengan bersiap ia hampir menusuk perut kanannya sendiri jika saja Taehyung tak merebut belati itu dan melemparnya sampai dasar kolam. 

"Apa yang kau lakukan?!"

Taehyung merobek sebagian dari hanbook satinnya untuk membungkus luka Jimin. Gerakannya tergesa-gesa. "Aku hanya mengujimu."

Jimin terdiam setelah mendapat perlakuan manis dari Taehyung. Ia menatap telapak tangannya yang mengudara setelah dibebat Taehyung asal-asalan. Darah masih merembes banyak di sana. "Aku mengandalkanmu Pengawal Park. Maaf sebelumnya jika aku meragukan kesetiaanmu padaku."

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang