♛ SPECIAL CHAPTER ♛

1.2K 173 62
                                    

.
.
.
.
.
👑
.
.
.
.
.

Jeongguk menuruni undakan tangga ranjangnya dengan hati-hati sekadar berpamitan pada Taehyung untuk pergi mandi.

Pagi ini libur akhir pekan. Biasanya para prajurit pulang ke rumah orang tua mereka dan kembali saat libur usai.

Jeongguk tak pernah pulang tentu saja. Maka dari itu Taehyung menginap semalam di barak dan berencana untuk mengajak Jeongguk pergi ke air terjun tempat di mana ia sering menghabiskan waktunya di sana untuk melukis.

Taehyung jarang, bahkan hampir tak pernah lagi menyalurkan kegemarannya dalam menggambar di atas kertas. Padahal kata Tabib Seo, hal itu dapat mengurangi/memperbaiki emosinya yang terkadang tak bisa dikendalikan.

"Jangan lama-lama." Ucap Taehyung setelah mencuri ciuman singkat pada sudut bibir Jeongguk yang sebelum memasuki kamar mandi dengan yang lebih tua kembali merebahkan tubuhnya lagi di kasur Jeongguk, sebab dirinya sudah berbenah diri lebih awal

Lama Taehyung menunggu sampai kejenuhan datang. Ia beranjak dan ingin menanyakan mengapa Jeongguk lama sekali. Biasanya tidak begini.

Taehyung menuruni anak tangga dan sedikit melompat. Ia menyadari sebuah wadah yang jatuh dan menggelinding tak jauh dari kakinya. Dirinya yakin tak sengaja menjatuhkan barang Jeongguk.

Taehyung memungut wadah keramik  itu. Dahinya mengernyit heran saat mendapati ukiran naga emas ada pada tutup wadah dan membuka isinya.

Obat luka. Berupa bubuk putih yang Taehyung sendiri sering menggunakannya saat ia terluka oleh sabetan pedang.

Kepalanya berpikir beberapa kali mengapa Jeongguk sampai menyimpan obat itu. Apa pemudanya terluka? Namun Jeongguk tak mengatakan apapun. Dilihat dari perangainya, sudah jelas tak mungkin Jeongguk mengaku atau bercerita lebih dulu jika tidak disudutkan. Pemuda-nya terlalu rapi menutupi.

Maka Taehyung menyembunyikan wadah keramik itu pada kantung bajunya saat mendengar derit pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan Jeongguk yang sudah rapi dengan surai basah, sedang berdiri di ambang pintu.

"Yang Mulia? Ada apa?" Tanya Jeongguk bingung karena melihat raut Taehyung begitu serius menatapnya. Jeongguk sendiri jadi takut. Ia terlampau hafal bagaimana gelagat Taehyung saat sedang marah.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Taehyung penuh tekanan.

Jeongguk hanya sanggup meneguk ludah dan mengangguk tak yakin.

"Ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?" Jeongguk menahan napas. Kelopaknya mengerjap lebih cepat seraya menggeleng.

"Katakan sebelum aku mencari tahu sendiri." Ucap Taehyung dengan aura sangat mendominasi. Nada bicaranya lebih rendah dan lutut Jeongguk rasanya sudah melemah.

"Apa maksudnya? Saya tidak menyembunyikan apapun, Yang Mulia." Jeongguk benar-benar tidak mengerti apa yang dipermasalahkan di sini.

Taehyung mengambil wadah milik Jeongguk dalam kantong bajunya. "Ini milikmu?"

Jeongguk tak bisa menjawab. Ia bungkam. Dirinya ketahuan.

"Mengapa, diam saja? Aku memerintahkanmu untuk menjelaskan mengapa benda ini sampai ada padamu?"

Jeongguk tak mungkin cerita. Lagipula kejadiannya sudah lama.

"Kalau kau tak mengatakannya aku kan bertanya sendiri pada Tabib Seo sekarang." Taehyung bergegas pergi meninggalkan Jeongguk yang mulai  panik.

Jeongguk sudah akan menyusul Taehyung sebelum langkahnya berhenti mendadak sebab Taehyung tiba-tiba menghentikan langkahnya dan memutar badan. Kedua matanya menatap Jeongguk tajam seraya mengatakan, "Jangan kemana-mana. Tunggu aku di sini sampai aku kembali."



My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang