Confession

1.5K 210 36
                                    

Jeongguk mempunyai kebiasaan bangun mendahului baskara yang belum sempat menampakkan kilaunya. Sejak ia kecil, Jeongguk dididik bangun lebih awal untuk membantu ibunya berjualan kain di kios. Kata pedagang yang lain, rejeki akan datang lebih banyak jika kau memulai hari lebih awal.

Hal itu membentuk pribadi Jeongguk yang tak pernah bangun terlambat walau sudah tinggal di tengah jenggala seperti sekarang.

Saat ini, ia berdiri di tepian sungai. Desir air yang terdengar bising tak pernah membuatnya terusik karena sesungguhnya ia sangat menyukai tempat ini. Damai dan rindang.

Kepalanya menunduk, sedang kedua matanya bergerak mencari batu sungai berbentuk pipih. Jeongguk memungutnya, kemudian meletakkannya pada menara batu yang ia susun satu batu untuk setiap harinya. Kedua tangannya menelungkup dengan mata yang mengatup. Dirinya memanjatkan doa agar ibu dan orang-orang di sekitarnya sehat dan bahagia.

Lama, Jeongguk berdoa hingga perungunya mendengar gesekan alas sepatu yang berpadu dengan rumput. Hal itu total membuyarkan fokusnya hingga harus memutar kepala. Alisnya mengkerut saat hanya mendapati figur seorang pria yang berjalan mendekat dengan kedua tangan membawa karangan bunga raksasa yang menutupi hampir seluruh badannya.

Lalu Jeongguk hanya bisa tertawa  bahagia kala Taehyung-lah yang ada di balik ratusan tangkai bunga itu. Pria itu ikut tertawa bangga sebab sudah membuat Jeongguk-nya senang.

"Aku memetiknya sendiri saat perjalanan menuju kemari." Ucap Taehyung antusias.

Jeongguk mendekat dan menerima karangan itu. Menciumi harumnya sebab dirinya sangat menyukai aroma lavender.

"Terima kasih, Yang Mulia." Ucapnya dengan nada bergetar. Jeongguk seperti akan menangis saat Taehyung menarik lengannya dan membawanya lari meninggalkan karangan bunga yang sudah teronggok di tanah. Menjauh dari rumahnya seperti akan membawa Jeongguk pada suatu tempat.

Sudah tujuh hari, sejak terakhir Taehyung meminta ijinnya untuk menikahi Putri Johyun karena kepentingan kerajaan. Malam itu, malam di mana pertama kalinya mereka dipertemukan kembali, Taehyung tetap bersikukuh untuk berbicara pada ibu Jeon. Ia mengutarakan semua yang ada dalam hatinya tanpa ada yang harus ditambahi ataupun dikurangi. Taehyung mengaku bahwa ia sudah mencintai Jeongguk sejak lama. Dirinya berterus terang bahwa sejauh Jeongguk lari menjauhinya, langit akan tetap mempertemukannya pada Jeongguk sebab pria itu adalah takdirnya. Ucapannya sangat meyakinkan sang ibu sampai tak punya pilihan selain mengalah untuk merestui hubungan mereka.

Terlepas dari status Taehyung yang sudah menikah, ibu Jeon hanya berpesan bahwa,

"Jangan pernah berjanji untuk tidak membuat Jeongguk terluka sebab saat ini Yang Mulia pun sudah melakukannya. Tolong bahagiakan Jeongguk sebagaimana aku berusaha membahagiakan putraku. Mulai saat ini, harga diri anakku, Yang Mulia yang menjaga. Tolong jaga dia sepantasnya aku menjaga anakku seperti permata. Berbahagialah, kalian. Ibu ingin menebus kesalahan karena sudah memisahkan kalian sampai membuat Jeongguk hilang akal."

Taehyung menyanggupinya tanpa berpikir dua kali. Senyumnya merekah seperti bunga yang tengah mekar di musim semi. Berusaha menghibur diri dan memikirkan bagaimana ia akan membahagiakan Jeongguk tanpa harus menikahinya sebab ibunya benar-benar tak ingin berurusan dengan istana.

Maka dari itu, yang bisa Taehyung lakukan sekarang hanyalah bagaimana membuat Jeongguk bahagia dengan waktu terbatas yang tak bisa selalu ia berikan.

"Apa yang sedang Yang Mulia pikirkan?" Tanya Jeongguk yang sudah duduk di tepian air terjun. Kakinya sudah tenggelam sampai batas mata kaki. Namun pakaiannya masih kering. Sedang maniknya terus mengamati Taehyung yang sedari mereka sampai terlihat bermuram durja.

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang