That Night [M]

2.8K 252 36
                                    

Selamanya, mungkin Jeongguk tidak akan pernah lupa bagaimana sakitnya saat kepunyaannya dimasuki oleh milik Sang Tuan yang begitu keras dari belakang.

Ia bahkan menjerit yang kemudian dibungkam oleh Taehyung dengan satu telapak tangan. Pria dua tahun yang lebih tua itu berkali-kali mengucapkan kata maaf karena menyakiti Jeongguk yang masih terisak menangis.

Ujung kukunya sedikit terkelupas karena sempat ia tancapkan pada meja kayu, mencakarnya beberapa kali saat Taehyung berusaha menerobos lubangnya dengan paksa. Rasanya perih, seperti ada yang sengaja di sobek di dalam sana.

Jeongguk masih sesenggukan. Sedangkan Taehyung masih mengecupi punggung Jeongguk yang sudah polos. Berusaha menenangkan dengan masih menenggelamkan selatannya di bagian milik Jeongguk. Surai si manis yang berantakan disisirnya rapi ke belakang menggunakan jari tangan. Sesekali Taehyung mengecup kepala belakang Jeongguk sayang.

"Masih sakit?" Tanyanya yang mulai merasa bersalah. Tangis Jeongguk sudah berhenti, namun isakannya masih tersisa.

"Jeongguk?" Panggil Taehyung karena Jeongguk tak merespon.

"Sudah tidak, Tuan."

Kemudian Taehyung mulai menggerakkan pinggulnya perlahan. Lalu Jeongguk kembali merasakan perih yang menyapa. Ia sudah akan mengerang lagi saat Taehyung mulai membungkam bibirnya. "Jangan berteriak Jeongguk, ibumu mungkin bisa dengar." Bisik Taehyung lirih. Tangannya menggengam erat jemari Jeongguk agar tidak mencakar sudut meja.

Saat Jeongguk sudah terbiasa akan rasa sakitnya, Taehyung semakin memacu gerakannya lebih cepat. Meja yang berderit terdengar berisik ditambah dengan erangan tertahan dari keduanya yang saling bersahutan semakin menambah panas ruangan.

Kedua pakaian mereka sudah tanggal. Berserakan di tanah. Bertumpuk jadi satu tanpa tahu milik siapa pakaian itu.

Dua insan itu melakukannya beberapa kali sampai dini hari, hingga Taehyung harus berpamitan pulang. Pria tampan itu mengatakan ia akan mengusahakan bertemu setiap hari. Namun apabila ia sedang sibuk nanti, ia berjanji akan menyempatkan waktu untuk mengirimkan Jeongguk surat yang wajib untuk dibalas.

Jeongguk yang benar-benar terlihat kelehan hanya mengangguk pasrah. Dan membiarkan Taehyung mengecup kening Jeongguk lama kemudian berpamit.

👑

Pagi harinya, Jeongguk tidak bisa berdiri. Bahkan untuk duduk saja dia kepayahan. Sesekali ia merintih kala tubuhnya digeser paksa, merasakan betapa perih lubangnya karena kegiatan pagi tadi. Seluruh tubuhnya tiba-tiba ngilu bukan main. Terlebih tulang pinggulnya yang kebas seperti akan putus.

Badannya mendadak diserang demam saat ia terbangun dari tidur. Membuat Ibu Jeon khawatir sebab tak biasanya Jeongguk demam saat musim panas begini. Meskipun begitu, Jeongguk masih bisa menggunting kain dan menjahit walau harus berada di atas kasur seharian. Dalam hati bertekad untuk mengerjakan kain yang masih berbentuk pola itu, secepatnya. Mengingat ia juga tidak sabar melihat sang Tuan memakai hanbook yang ia kerjakan sendiri.

Sampai hari menjelang siang, saat baskara sudah tepat berada di atas kepala, ibu datang membawa nampan kayu berisi semangkuk bubur dan obat herbal penurun suhu tubuh. Berjalan untuk menghampiri Jeongguk yang masih terlihat pucat pasi, sedang tersenyum mendapati ibunya yang menghampiri dengan tatapan yang sulit di baca. Ia memyimpan kain hijau di bawah meja di depannya.

"Bagaimana kondisimu? Apa sudah lebih baik?" Tanya ibu sambil meletakkan nampan kayu. Beliau menatap Jeongguk khawatir.

Jeongguk mengangguk, senyumnya sudah mulai cerah. Tapi sang ibu tidak terlihat senang. Wajahnya masih kaku tak terbaca.

My Eden | Tk √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang