Hari minggu rutin biasanya Naya lakukan dengan berlari pagi. Namun, kali ini berbeda. Ia bisa berlari lebih jauh tanpa pemberian waktu dari Argantara.
Ting
Sebuah notif baru saja masuk dari ponsel Naya. Ia memberhentikan larinya dan mengecek pesan yang baru saja masuk.
Gibran
Lo di mana?Masih lari pagi.
Gua mau ke rumah lo.
Read
Naya meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku celana olahraganya. Ia menyudahi lari paginya dan langsung berjalan pulang ke arah kompleks rumahnya.
"Kapan sampainya, Gib?"
"Barusan. Lagi ada kegiatan lain?"
"Gak ada."
"Kebetulan banget, gua mau ngajakin lo ke puswil. Bisa?"
"Bentar, gua siap-siap dulu."
Seperti biasa, Gibran selalu membawa satu helm cadangan dan helm itu dipakai Naya ketika bepergian bersamanya.
Sampai di puswil, Naya dan Gibran berpisah arah karena sama-sama mencari buku untuk jurusan mereka masing-masing. Gibran yang sedang mencari buku tentang hukum sedangkan Naya yang hanya melihat-lihat buku tentang sains.
Naya tidak berniat meminjam buku dari puswil. Ia rasa buku di rumahnya sudah cukup banyak tentang Kimia, Fisika, dan Biologi, sampai-sampai lemarinya penuh dengan buku sains semua.
Gibran membawa lima buku sekaligus untuk ia bawa ke meja belajar di puswil. Naya ikut duduk di sebelahnya Gibran sekaligus melihat-lihat buku apa aja yang telah Gibran dapatkan.
Naya mencoba mengambil satu buku yang Gibran bawa dan membukanya.
"Untung Undang-Undang udah gua hafal."
"Baguslah, lo tinggal pelajari materi dasar dari hukum itu sendiri aja lagi."
"Setelah ini gua mau coba mencari contoh kasus-kasus yang pernah diselesaikan tuntas oleh jaksa."
"Gua kira lo mau jadi hakim."
"Terlalu berat bagi gua."
"Ini bagus deh bukunya, coba lihat." Naya memberikan buku yang sempat ia buka kepada Gibran.
"Disini dijelaskan semua hal dari pertama mahasiswa mengambil hukum. Lo bisa pelajari buat persiapan kuliah nanti."
Gibran mengangguk pelan, "Bagus nih."
•••
Santy tidak melihat orang yang ia cari di dalam kelas.
"Kemana sih tu anak."
Santy memutuskan untuk keluar dari kelas, namun Anan datang tepat saat Santy berbalik badan.
"Setan lo, Nan."
"Seganteng ini gua dibilang setan? Ngaca woi, wajah lo kelihatan lebih seram yang gua duga kalau dilihat dari dekat gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Teen Fiction𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...