Upacara telah selesai dan seluruh siswa kini berkeliaran kemana-mana. Berhubung seminggu lagi mereka akan melaksanakan ujian kenaikan kelas, maka dari itu guru mengadakan rapat senin.
"Permisi, di sini ada yang namanya Naya?"
Santy beranjak dari bangkunya dan menghampiri seorang siswa yang berdiri di ambang pintu kelas.
"Ada urusan apa?"
"Lo yang namanya Naya?"
Santy menggeleng kikuk, "Kenapa?"
"Nih, gua disuruh kasih pesan ini ke yang namanya Naya, dia di kelas ini 'kan?"
"Ah iya, nanti biar gua aja yang kasih."
"Ya udah, nih."
Siswa tersebut langsung pergi meninggalkan secarik kertas yang sudah ada di tangan Santy.
Tanpa ragu Santy membuka dan membacanya.
'Soal kemarin kita sambung hari ini. Gua tunggu di Caffe Sejora jam 7 malam.'
- Anan
"Gua duluan ya."
Santy memusatkan pandangannya ke kelas sebelah, spontan ia meremas kertas kecil tersebut dan memasukkannya ke dalam saku rok sekolahnya.
"Ngapain, San?"
Santy merapikan sejenak helaian rambutnya. "Lo habis dari mana?"
"Kembaliin buku perpus yang udah habis masa waktunya. Lo sendiri ngapain berdiri di pintu?"
"Gu-gua lagi... eum, gak ada. Tadi kebelet sekarang udah enggak."
Cici menyerjit pelan, "Ya udah, yok masuk."
Pelajaran sudah dimulai, Cici masih belum melihat Dina di dalam kelas.
"San, Dina ke mana?"
"Gatau, paling tuh anak tidur di uks."
Cici tiba-tiba kepikiran dengan Dina.
Setelah mengobrol singkat dengan Cici, Santy memusatkan pandangannya ke Anan yang tengah menatap lama ke arah belakang.
Melihat kecurigaan tersebut, Santy mencoba menatap ke arah pandang Anan yang ternyata benar saat ini ia menatap Naya diam-diam.
Santy kembali menatap Anan yang begitu dalam menatap Naya. Ia menghela napas pelan dan kembali memperhatikan guru yang menjelaskan di depan kelas.
Kring
Bel berbunyi nyaring di setiap sudut kelas dan seluruh siswa-siswi berhamburan menuju kantin.
Cici, Santy, dan Anan barengan menuju kantin dan memesan makanan yang sama.
"Ngapain aja si maesaroh di kelasnya? Biasanya tuh anak paling gercep ke kantin."
"Maesaroh siapa Nan?" - Cici
"Si Ryan." - Santy
"Sepupunya si Susanti." Ujar Anan mengakhiri obrolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Teen Fiction𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...