Naya tidak melihat Argantara saat ini. Bahkan semua makanan yang ia masak semalam tidak diusik sedikitpun oleh orang rumah.
"Bi, papa udah pulang?"
"Tadi tuan sudah pulang sebentar lalu pergi lagi."
Naya langsung ke kamar dan bersiap-siap mengganti pakaian.
Setelah segar sehabis mandi, Naya membawa sebuah kotak kado dan berdiri di pintu.
"Semalam tuan ulang tahun ya, non?"
Naya mengangguk singkat, "Naya boleh minta tolong sama bibi?"
"Apa, non?"
"Tolong bibi bawain kue yang udah Naya siapkan, kuenya ada di dalam kulkas."
"Baik, non."
Hampir lima menit Naya dan Bi Indri berdiri dari balik pintu rumah, namun Argantara belum juga datang.
"Itu mobil papa."
Naya dan Bi Indri langsung berdiri tegap, bersiap-siap jika pintu sudah dibuka oleh Argantara dan mereka langsung memberikan suprise tersebut untuknya.
Ceklek
"Happy birthday, pa."
Naya menyerahkan kado yang ia pegang ke hadapan Argantara.
"Selamat ulang tahun..." Bi Indri bernyanyi sambil mencorongkan kue ke hadapan Argantara.
"Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun tuan... Selamat ulang tahun..."
Brak
Kado yang ada ditangan Naya terjatuh dibuang Argantara.
Naya terperanjat kaget.
"Astagfirullah." Ujar Bi Indri ikutan kaget.
Sepasang mata elang milik Argantara tidak terlepas menatap sepasang bola mata indah sang anak.
"Gak malu kamu sama diri kamu sendiri? Apa kamu belum puas buat papa malu di depan seluruh guru-guru yang ada di sekolah kamu?"
"Maksud papa apa?"
"Berapa kali kamu tidak mengerjakan tugas?"
"Naya gak ngerti yang papa maksud."
Argantara langsung mengeluarkan surat dari dalam tas kerjanya.
"Ini apa?!"
Argantara melempar surat tersebut ke wajah Naya.
"Surat peringatan untuk kamu agar tidak melakukan kesalahan lagi. Papa dapat dari guru bahasa kamu. Sudah pandai sekarang kamu membohongi papa, belajar dari mana?!"
"Jawab papa, belajar dari mana kamu berbohong seperti itu!!"
"Naya gak bermaksud bohong sama papa."
"Alasan! Sudah papa bilang jauhi bocah tengil itu tapi kamu masih saja berurusan dengan dia. Apa yang bisa kamu dapatkan dengan bermain-main dengan mereka. Mereka hanya merusak pendidikan kamu saja dan lihat nilai kamu, menurun drastis karena mereka."
"Naya memang gak dekat sama dia, pa."
"Siapa Gibran?"
Sontak jantung Naya berdetak cepat. Sesak di dadanya sudah tidak bisa lagi ia tahan.
"Apa yang papa lakuin sama lukisan Naya?"
"Papa tidak akan pernah setuju kamu dekat sama cowok manapun, karena mereka tidak lebih hanya ingin merusak pendidikan dan prestasi kamu. Paham?!"
"Ta-tapi, pa..."
"Bulan ini tidak akan papa berikan kamu uang jajan sebelum kamu bisa merubah kesalahan yang ada pada diri kamu dan sebelum semuanya terlambat tidak akan papa biarkan kamu menolak harapan yang sudah papa berikan ke kamu!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Novela Juvenil𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...