BRS - Bagian 40

65 25 0
                                    

"Lo boleh capek sama semua keadaan, tapi jangan pernah berhenti untuk keadaan."

- Anan -
Bidadari Rasa Setan

"Sekarang sudah tidak apa-apa. Diharapkan jaga kesehatan dan menunggu pulih total baru anda bisa meminum minuman yang sulit dicerna perut."

"Baik, sus."

"Oh iya sus, apa saya boleh keluar menghirup udara segar?"

"Tentu, silahkan."

Suster tersebut hendak membantu Anan menggunakan kursi roda, tapi langsung dicegah oleh Anan.

"Gak usah sus, saya sama teman saya yang tadi aja."

"Baik, kalau begitu saya permisi dulu."

Anan sudah merasa baikan dan bisa bernapas lega. Tadi ia sangat khawatir dengan detak jantungnya yang mendadak hening.

Ceklek

Naya masuk ke dalam ruangan dan melihat Anan sedang rebahan di atas ranjang.

"Apa kata suster?"

"Gua harus hati-hati sama hati." Lirih Anan pelan.

"Hah?"

"Ah enggak ada, gua cuma dilarang minum yang sulit dicerna. Tunggu keadaan benar-benar pulih baru bisa minum boba."

"Sekarang lo istirahat biar gua yang jaga malam ini."

"Makasih."

Naya langsung duduk di kursi. "Kenapa masih bangun?"

"Gua gak bisa tidur, boleh jalan-jalan dulu, gak?"

Naya melirik jam tangannya sebentar, "Mau ke mana?"

"Makan angin."

"Tapi janji habis ini lo langsung istirahat, okay?"

"Baik bidadari, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih."

Naya langsung mengambil kursi roda dan membantu Anan untuk berpindah tempat.

Setelah Anan duduk di kursi roda, Naya langsung teringat akan sesuatu.

"Bentar, bukannya yang sakit cuma perut lo? Tapi kenapa harus pakai kursi roda?"

Anan loading sejenak, "Eh, masa sih?"

Anan menunduk menatap luka di perutnya.

"Jangan manja lo kaki, cepat sana jalan sendiri." Anan memukul-mukul kakinya. "Buruan mandiri, jangan nyusahin bidadari gua dong."

Naya menggelengkan kepala melihat tingkah konyol Anan.

"Udah debatnya?"

"Eh gua bisa jalan sendiri kok."

Anan langsung beranjak berdiri, namun saat ia melangkah tiba-tiba tubuhnya oleng dan terjatuh ke depan.

"Hati-hati."

Untung Naya sigap memegangi perut Anan dari belakang. Walau berat Naya coba tahan hingga posisi berdiri Anan kembali stabil.

"Aa... Aww.... Aaa...."

"Kenapa lo?"

"Luka gua, aaa...."

Spontan Naya melepas tangannya yang melingkar di perut Anan.

Bruk

"Buset dah, gini amat nasib pasien."

Naya langsung berjongkok melihat keadaan Anan yang sudah tengkurap.

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang