BRS - Bagian 7

99 37 0
                                    

"Lo ngapain?" Tanya Naya.

"Mau ke sana." Jawab Anan.

Naya langsung mencepatkan langkahnya meninggalkan Anan.

Kini Naya sudah berada di dalam perpustakaan. Ia mengambil beberapa buku dari rak dan membawanya ke meja belajar.

Awalnya Naya semangat membuka halaman demi halaman buku tersebut, namun karena merasa tidak enak badan, ia langsung menelungkupkan wajahnya di meja dengan menopang kepada kedua tangan yang bersila di atas meja.

"Ssstt... hustt...."

Tiba-tiba pergelangan tangan Naya disentuh seseorang. Naya langsung menegakkan kepalanya dan berbalik badan. "Lo?"

"Ngapain sih rajin banget ke perpus, lebih baik ke kantin ngenyangin perut."

"Gimana? Ide gua bagus 'kan?"

Bukannya mengikuti ajakan Anan, namun Naya malah beranjak dari sana untuk mengambil buku yang lain.

"Lo beneran gak mau ke kantin? Pantes aja lo bisa juara, makanan lo buku mulu setiap hari."

Naya tidak menggubris ucapan Anan. Ia lebih tertarik menjelajahi rak demi rak buku yang ada.

"Gua baru tau kalau kita sekelas. Kenalin nama gua Anantha Wijaya, biasa dipanggil Anan. Tapi khusus untuk lo bisa manggil sayang gapapa kok. Demi Alek gua rela gapapa sumpah gapapa banget malah."

"..."

Naya meninggalkan Anan yang ingin berjabat tangan kepadanya.

"Lah, gua ditinggal. Nasib oh nasib. Kenapa malang sekali nasib lo Anan tak kumang-kumang." Anan langsung pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong melompong.

***

"Coba lebih menghadap ke sisi kanan."

Naya merubah posisinya sesuai instruksi Gibran. "Gini?"

"Nah, tahan sebentar."

Gibran kembali menuangi pewarna cair di canvas yang ada di hadapannya.

"Udah selesai, tinggal nunggu kering aja."

"Lihat dong."

"Biar menjadi rahasia, nanti pas udah kering gua kasih tunjuk ke lo, Nay."

"Ya udah, kalau gitu gua balik kelas dulu ya."

"Sekalian aja Nay, gua juga mau ke kelas."

Naya menggeleng cepat, "Gua mau ke toilet sebentar."

"Oke."

Naya meninggalkan ruang seni lebih dahulu dari Gibran, sedangkan Gibran masih mencari tempat yang aman untuk lukisannya dikeringkan.

Kantin

"Yan, bolos yok."

"Lo aja sana, gua mau tobat. Kasihan mak gua setiap hari harus ceramah di rumah. Mana ceramahnya gak pakai dalil lagi, gimana gua mau tobat."

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang