BRS - Bagian 32

48 26 0
                                    

"Waktu habis, silahkan kumpulkan kertas jawaban kalian semua."

"Baik bu..."

Seisi kelas langsung berhamburan menuju kantin, menyisakan beberapa orang saja di dalam kelas.

Naya beranjak dari tempat duduknya hendak keluar kelas, namun tiba-tiba tangannya dipegang oleh seseorang dari belakang.

"Lo gapapa 'kan?" Tanya Anan tiba-tiba.

Naya melepas kasar tangan Anan dan langsung keluar dari kelas.

Cici menepuk bahu Anan membuatnya tersadar dari lamunan singkat. "Kantin bareng gak?"

"Duluan aja Ci, gua ada urusan sebentar."

"Oke, kami duluan ya."

Anan mengangguk, ia bergegas menuju rooftop.

Anan mengira akan telat, namun Ryan belum ada di atas sini. Sudah hampir lima belas menit menunggu pun Ryan juga tidak datang-datang.

"Tuh anak udah baca pesan gua atau belum ya?" Anan jadi mondar-mandir di tempat.

Ryan baru saja mengisi perutnya, sekarang ia begitu kenyang. Sampai-sampai untuk berdiri saja ia tidak sanggup.

"Woi jangan dorong-dorong dong, minuman gua jadi tumpah nih!"

Pandangan Ryan jadi terpusat ke suara tersebut, begitu banyak orang yang berdesak-desakan di dalam kantin.

Ryan coba untuk berdiri, akhirnya bisa juga setelah menunggu lima menitan.

"Woi panas, air panas, awass semuaa...!!"

Kerumunan langsung memberikan jalan untuk salah seorang siswa yang membawa mangkuk bakso di tangannya.

Entah ada angin apa tiba-tiba Ryan berlari mendekati keramaian tersebut.

Tali sepatu siswa tersebut lepas membuatnya tidak stabil melangkah hingga mangkuk bakso yang ia pegang melayang ke udara bersamaan dengan kuah, mie, dan baksonya.

"Awas Lia..."

Huss

Basah sudah punggung Ryan mengenai kuah bakso.

Keadaan mereka saat ini sedang berpelukan ditengah-tengah kerumunan orang banyak. Sedangkan siswa tadi tersungkur ke lantai.

"Lo gapapa 'kan? Ada yang terluka gak?"

Cici terdiam ditempat, seketika tubuhnya merasa kaku disaat Ryan memeluknya tadi.

"Ci, lo baik-baik aja 'kan?"

Santy menyentuh pundak Cici berniat menyadarkannya dari lamunan.

"Hah? Iy-ya."

"Untung aja, lain kali hati-hati woi." Santy menatap tajam ke siswa tersebut.

Siswa tadi menunduk meminta maaf. "Gua tadi buru-buru, sekali lagi maaf ya."

Sudah tidak ada lagi yang mereka tonton, kerumunan tadi langsung bubar dan sibuk pada urusannya masing-masing.

"Eum, punggung lo gapapa?" - Cici

"Oh, ini cuma kena dikit doang."

Cici langsung mengecek punggung Ryan dan memeganginya sebentar. "Ini masih panas, pasti punggung lo kebakar. Gua obatin, ya?"

"Gak usah, nanti juga sembuh sendiri."

"Jangan keras kepala, antar aja langsung Ci ke uks." Santy jadi geram sendiri.

Uks

"Bajunya dibuka dulu."

"Di sini?"

"Iya."

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang