BRS - Bagian 17

61 30 1
                                    

Naya sudah merasa lebih segar. Setelah selesai mandi, ia langsung membuka buku pelajarannya dan belajar di meja kamar.

"Non, ini bibi bawain teh hangat sama roti, habisin sekarang tehnya selagi hangat ya, non."

"Iya, bi."

Seperti biasa, Bi Indri meletakkan nampan yang ia bawa ke atas nakas tepatnya di samping kasur.

"Tuan belum pulang non, mungkin non bisa langsung istirahat."

"Gapapa bi, sebentar lagi Naya juga mau tidur."

"Kalau begitu bibi lanjut ke dapur dulu ya, non."

Naya sudah mendapatkan tasnya kembali. Ternyata dibawa oleh supir pribadinya, tetapi Naya tidak menanyakan hal lain karena ia tidak begitu kepo akan hal tersebut.

Tok tok

Naya mendengar ada yang mengetuk jendela kamarnya.

Awalnya Naya abaikan, namun ada yang mengetuk lagi.

Tok tok

"Siapa?"

Naya beranjak dari tempatnya dan membuka tirai jendela.

Setelah kaca jendela dibuka, Naya tidak menemukan siapa-siapa di luar kamarnya.

"Apa nih?"

Terdapat kertas kecil yang menempel di kaca jendela.

Naya mengambil surat tersebut dan membacanya.

Di luar surat, tertuliskan : 'Hai Bidadariku..."

Naya langsung membuka lipatan suratnya.

'Jangan lupa tersenyum malam ini.'

Naya membuka lipatan kertas bagian bawah.

'Coba lihat ke luar jendela.'

Naya langsung menatap ke arah luar jendela.

Dor

Mercun terdengar dari langit-langit malam. Beberapa kali mercun melesat ke atas awan dan membentuk warna-warni yang berbeda di langit.

"Indah."

Seketika Naya melekungkan senyum yang tidak ia duga, dengan hal kecil ini saja sudah bisa membuatnya bahagia.

"Siapa pengirim surat ini?"

Naya mengecek isi surat namun tidak menemukan nama si pengirim.

Dor... Dor...

Mercun kembali dihidupkan. Naya mencari keberadaan seseorang, namun tidak ada tanda-tanda orang di taman belakang rumahnya.

"Sangat indah, huhh..."

Dari jendela kamar, Naya menghirup udara malam dengan begitu tenang.

•••

"Untuk membuat puisi yang baik, maka harus tahu ciri-ciri puisi itu sendiri."

"Pertama, memiliki rima atau sajak yang teratur, bermakna konotatif, bersifat simetris, dan bahasa yang digunakan lebih padat dari pada prosa dan drama."

"Sebelum kita masuk ke dalam jenis-jenis puisi itu sendiri, terlebih dahulu kita memahami makna dari puisi itu apa."

"Silahkan kalian diskusikan bersama teman sebangku selama lima menit, jika sudah tau tema apa yang akan dibuat, langsung bentuk menjadi puisi singkat saja. Ibu tunggu selama pembelajaran ini."

"Baik, bu."

Seisi kelas langsung sibuk kepada buku dan ponsel yang ada di hadapannya.

"Disuruh ngapain?" Tanya Dina tiba-tiba.

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang