BRS - Bagian 41

63 25 0
                                    

Cici hendak ke perpustakaan ingin mengembalikan buku yang sudah ia pinjam beberapa hari lalu.

Saat di lorong penujuan perpus, Cici berpapasan dengan Dina.

"Din, gua..."

Dina terus melangkah dan mengabaikan ucapan Cici.

"Ci, Bu Linda nanyain uang kas." Santy memegangi bahu Cici.

"Ha?"

Santy mengontrol napasnya sejenak karena lelah berlari sedari tadi.

"Lo lihatin apaan? Huhh hahh..."

Cici menggeleng cepat dan langsung masuk ke dalam area perpustakaan.

Santy ikut masuk mengikuti langkah Cici.

Keramaian seisi kelas membuat Dina terganggu dan mencoba keluar dari kelas. Tapi, lagi lagi pandangannya tersorot ke arah datangnya Ryan.

"Cici ada di dalam?"

Siswa yang Ryan tanya menggeleng.

"Kayaknya ada di perpus, coba gua susul deh." Batin Ryan. Ia langsung pergi dari ambang pintu kelas.

Dina menghela napas lega, sedari tadi ia bersembunyi dari balik tembok kelas.

***

"Kalian gak usah repot-repot, lain kali bawain makanan cepat saji aja."

Ryan hendak menggoyor kepala Anan tapi langsung dicegah oleh Santy.

"Lebih baik sekarang kita makan, oke?" Ujar Santy menengahi.

Ryan mengeluarkan tiga bungkus nasi goreng yang ia beli saat perjalanan menuju ke sini.

"Nasgor pinggir jalan?" Tanya Anan memastikan.

"Makan atau gua cincang-cincang usus lo?" Sinis Ryan.

"Buset si monyet bisa emosi juga."

Santy menatap tajam ke arah Anan. "Lo bisa diam gak sih Nan. Teman lo lagi badmood harusnya lo hibur bukan malah dijadikan hiburan kayak gini."

Anan menatap heran ke arah Ryan. "Kenapa lagi lo?"

"Biasalah, soal cewek." - Santy.

Ryan hanya diam dan menikmati makanannya dengan lahap.

"Mau ada masalah ataupun enggak, tetap makan nomor satu ya, nyet."

"Udah, udah, nanti kalian malah berantem. Lebih baik lo habisin cepat nasgornya, nanti gua jelasin si Ryan badmood karena apa."

Ryan menatap malas ke arah Santy. "Berisik banget sih lo!"

Santy mencibir pelan, "Gitu aja lo marah, santai woi."

Sudah tidak ada lagi obrolan, mereka menikmati makan sore tersebut dalam diam.

Semakin dilahap semakin pedas terasa. Santy sampai berkeringat dan wajahnya memerah.

"Lo, hahh... Lo salah pesan, ya? Huhh..." Santy mengibas-ngibaskan tangannya ke depan wajah.

"Kan sesuai yang lo bilang."

Ryan mengecek kembali nasi goreng milik Santy dengan miliknya.

"Gak ketukar kok."

Anan nyengir di tempat, membuat perasaan Santy jadi tidak enak akan ekspresinya itu.

"Anan, ini pasti ulah lo ya!!"

"Nih, minum dulu." - Ryan

Santy langsung meneguk habis segelas air yang diberikan Ryan.

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang