"Anan, I miss you..."
Anan bergidik ngeri. "Lo siapa?"
Ryan langsung merangkul pundak Anan. "Lo boleh lupa dengan semuanya, tapi jangan sampai lupa dengan kenangan kita. Karena kenangan kita begitu mahal untuk dilupakan."
"Apa sih nyet, gak malu ya lo sama para cewek."
Ryan menoleh ke arah Cici dan Naya yang duduk di sofa sudut ruangan, lalu menatap kembali ke arah Anan.
"Buat apa malu, kan gua masih lengkap pakai busana."
"Si dodol, lo ke sini bawa apaan?"
"Bawa nyawa, ya kali bawa tetangga."
"Ini dodol dari bunda. Bunda titip salam buat lo Nan, kata bunda semoga cepat sembuh dan bisa main lagi ke rumah." Ujar Cici menyerahkan kresek berisikan dodol ke Anan.
"Wih, tau aja gua kangen dodol buatan bunda lo, Ci. Titip makasih buat bunda."
"Bagian mana yang sakit, Nan?" Tanya Ryan tiba-tiba.
"Buat apa sama lo?"
"Dokumentasi kecelakaanlah, mau apa lagi."
"Gak mau gua kasih tau, lo pasti mau ngerjain gua, ya."
"Gua serius jir, mana yang sakit?"
Anan menunjukkan luka di perutnya kepada Ryan.
"Ih gua jadi ngilu lihat perut lo, kotak-kotak semua."
Plak
Anan langsung menggoyor kepala Ryan.
"Lo bisa diam, gak? Lemes banget tuh mulut."
Ryan tersenyum kecil, lalu menatap ke arah Naya yang sedang fokus membaca buku.
"Nay, mau lihat roti sobek, gak?"
"Si monyet gak ada otak, diam gak lo!"
Ryan langsung menjauh dari sisi ranjang. "Wlek, gak bisa haha. Kasihan banget sih harus terus di ranjang, mana gak bisa berjalan bebas lagi."
"Aish, awas aja ya lo kalau dapat gua cincang habis, nyet!"
Ryan tersenyum senang sambil mondar-mandir di tempat.
Ting
Sebuah pesan baru saja masuk di ponsel Naya.
Naya mengabaikannya saja dan kembali fokus membaca buku.
Drttt drttt
"Nay, ada telfon." - Cici
Naya langsung berhenti dari aktivitasnya.
📞 Bi Indri is calling...
"Halo."
"Non, di depan rumah banyak polisi. Katanya nyariin tuan Arga, tapi tuan tidak ada di rumah. Bibi harus apa, non?"
"Naya segera pulang, tunggu di sana bi."
Tut
Naya merapikan semua buku-buku yang ia baca barusan dan menyandang tas sekolahnya. "Gua pamit dulu."
Tidak ada respon, Naya langsung saja keluar dari ruangan Anan.
"Gila, kenapa jadi horor gini suasananya."
"Ada apa dengannya?" Lirih Anan pelan.
Setelah Naya melakukan amanah dari Bu Linda, ia langsung pulang namun bertemu Cici di depan gerbang.
"Nay, pulang bareng yok."
"Gua ada urusan lain. Gua duluan, ya."
"Hati-hati, Nay" Teriak Cici yang masih terdengar oleh Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Teen Fiction𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...