Naya melihat ke kursi penonton yang sudah ada Argantara bersama Andreas di sana menatap dirinya dengan penuh harap.
"Trypanosoma brucei."
"Tepat sekali dan benar...!!" Teriak presenter membuat para penonton berdiri sambil bertepuk tangan meriah.
"Pemenang Olimpiade pada tahun ini diraih oleh siswa-siswi kita dari Sekolah Cendana."
Prok prok prok
Ketiga kelompok saling bersalaman dan mengambil hadiah yang diberikan oleh tuan rumah.
"Selamat ya pak, anak bapak hebat."
Argantara tersenyum tipis sambil membalas uluran tangan Bu Linda.
"Ibu tinggal dulu ya, nak."
"Iya, bu."
Naya menatap ke arah Argantara yang juga kini menatap dirinya.
"Hai, Naya."
"Hai, om."
Tatapan Naya beralih ke Andreas yang sedari tadi ada di sebelah papanya.
"Om tunggu kelulusan kamu, ya. Kalau gitu gua balik dulu bro."
"Hati-hati, Ndre."
"Yoi."
Andreas langsung meninggalkan area sekolah karena harus mengurus pekerjaannya yang mendesak di kantor.
"Ayo pulang." Ujar Argantara dingin.
Naya mengganguk cepat, ia menatap ke arah Angga dan Gibran yang masih menikmati kemenangannya bersama Bu Linda.
Naya melirik sebentar ke arah kursi penonton sedang mencari seseorang.
"Ayo?!"
"Iya, pa."
Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan penting dari keduanya. Argantara yang fokus menyetir sedangkan Naya sendiri hanya melirik ke arah luar kaca mobil sambil melamun sesekali.
Sampai di rumahpun juga begitu, Argantara langsung menuju ke ruang kerjanya dan Naya mau tidak mau lanjut belajar di kamar.
Sekolah
"Lo berkasus lagi, disuruh temui Bu Ami hari senin."
"Sejak kapan gua berkasus?"
"Sejak nenek moyang lo dilahirkan."
"Gua hari ini udah izin bolos, nyet."
"Sama siapa lo izin?"
"Sama lo tadi pagi."
"Kapan jir?"
"Pas lo lagi galau-galaunya mikirin cinta."
Ryan langsung goyor kepala Anan. "Gara-gara lo gua ditanyain mulu sama guru-guru. Anan mana, nak? Anan kenapa gak masuk sekolah? Anan sakit atau gimana? Berbusa rasanya mulut gua jawab satu demi satu pertanyaan guru-guru kesayangan lo itu."
"Lah? tumben banget tuh guru nanyain keberadaan gua? Biasanya cuek-cuek bebek."
"Pen-citra-an."
"Maksudnya?"
"Bokap lo ke sekolah pagi-pagi buta."
Ryan beranjak dari tempatnya dan menaiki mogenya.
"Mau kemana lo?"
"Balik lah, hari udah sore."
Anan melirik jam tangannya sebentar, "Masih siang, tunggu malaman dikit lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Teen Fiction𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...