"Dengan dasar apa kamu merusak tanaman milik jurusan ips? Seperti bocah ingusan saja yang merengek saat tidak dibelikan es krim, apa yang ada di depan mata dihancurkan dan diberantakkan tanpa sebab. Udah gede masih aja ngerusuh tanpa alasan."
"Ya Allah ibu manis, saya melakukannya ada sebab dan akibatnya kok bu."
"Apa? Jelasin ke saya sebab akibat yang kamu bicarakan itu."
"Begini bu, dua minggu lagi sudah penilaian adiwiyata antara jurusan ipa dan ips. Nah, saya selaku perwakilan jurusan ipa tidak ingin sampai jurusan kami kalah oleh jurusan ips, maka dari itu saya menghancurkan tanaman jurusan ips."
"Akibatnya kamu dihukum, benar begitu?"
"Eh, saya belum selesai menjelaskan bu."
Bu Ami manggut-manggut polos. "Cepat lanjutin."
"Akibatnya nanti jurusan kami merasa sedih akan kekalahan tersebut, ya walaupun kami tau kalau kami lebih unggul dari si onoh." Anan menunjuk orang disebelahnya menggunakan ekor matanya.
"Apa lo? Jangan bawa-bawa jurusan. Sudah jelas bu kalau apa yang dilakukan Anan ini adalah tindak kriminalitas."
"Salah Ryan, kamu jangan asal bicara. Tidak ada tindak kriminal-kriminalan."
"Tuh dengarin! Jelas yang benar itu adalah tindak kekerasan. Dari segi mananya gua melakukan tindak kriminal?"
"Tanaman kami rusak bego, itu juga termasuk pelecehan seksual terhadap tumbuhan, mereka makhluk hidup juga bang. Kasihanilah mereka, apalagi yang sudah berkeluarga. Ntar ada yang duda, janda, bahkan yang masih balita harus jadi yatim piatu diumurnya yang sekecil itu gara-gara lo hancurin kebahagiaan keluarga kecil mereka. Belum lagi yang masih perawan, mau diapakan masa muda mereka. Mau emangnya lo nikahin?"
"Dih lo aja sana."
"Bacot lo gede!"
"Tidak ada tindak kriminal ataupun kekerasan, tapi ini sudah perusakan terhadap lingkungan hidup. Kamu merusak habitat tanaman yang hendak mekar, akibat ulah kamu mereka tidak bisa hidup bebas lagi. Mereka sama seperti kita, butuh hidup, butuh makan, dan butuh air juga. Dengar itu Anan?"
"Nggeh bu, tapi mereka siapa yang ibu maksud? Apa mereka dari keluarga tidak berkecukupan? Ryan siap mendanai semua keluarga mereka bu."
Ryan yang namanya dibawa-bawa langsung tidak terima. "Apasih jir!"
"Anan, masih saja suka bercanda. Saya serius!"
"Eh, iya bu iya. Mereka si tanaman yang tidak bersalah kan?"
"GANTI RUGI!" Ryan langsung memukul meja dengan kuat. Bu Ami memegangi jantungnya, untung saja dirinya tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
"Kamu kenapa Ryan? Bikin saya kaget saja."
"Gak sopan, masa lo minta rugi ke ibu manis?"
"Diam lo panci amal, kalau berani sini maju." Bukannya maju meyerang Anan, Ryan malah melangkah mundur.
"Woi pecundang, maju sini lo hadapin gua!"
"Maju ke depan bego, bukan ke belakang. Balik lagi dah ke tk."
"Eh iya, thanks bro." Ryan melangkah maju ke depan.
"Ini pada mau ngapain? Jangan sampai pada..." Belum juga Bu Ami menyelesaikan ucapannya, Anan langsung melayangkan tangannya ke pipi Ryan.
Tidak tinggal diam, Ryan balas meninju Anan dibagian perutnya. Anan kembali membalas dengan meninju pipi Ryan dengan sangat kuat.
Namun, Bu Ami merasakan ada yang aneh diantara mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Teen Fiction𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...