Seisi lapangan sudah dipenuhi oleh seluruh siswa-siswi yang tengah berbaris rapi sesuai kelasnya.
"Assalamu'alaikum anak-anak sekalian." Ujar Bu Ami.
"Wa'alaikumussalam bu." Jawab serempak siswa-siswi di lapangan.
"Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih kepada murid-murid sekalian karena sudah memberikan yang terbaik untuk kelasnya. Terima kasih sudah mau menjaga kebersihan kelas dan sekolah serta sudah mau bekerjasama dalam melaksanakan program adiwiyata yang diselenggarakan di setiap tahunnya."
"Mulai saat ini hingga nanti, para juri akan masuk ke masing-masing kelas untuk menilai. Ada 3 tahapan dalam menilai adiwiyata setiap kelas. Pertama, kebersihan ruangan kelas. Kedua, keterampilan dalam mentata bunga di taman belakang sekolah, dan ketiga adalah kekompakan murid-murid saat diadakannya pembersihan kemarin."
"Untuk itu, kami para juri mohon izin untuk memasuki kelas kalian. Sementara waktu kalian dibebaskan keliling sekolah dengan catatan tidak ada yang keluar dari perkarangan sekolah atau berniat bolos. Jika sudah waktunya masuk kelas langsung kembali ke kelas. Paham semuanya?"
"Paham, bu."
Saat ini tujuan utama siswa adalah kantin. Anan dan Ryan sampai harus berdesak-desakan untuk mencapai ke depan penjual bakso.
"Lama Yan, beli minum aja deh gua."
"Ya udah gua nitip air mineral satu."
Anan langsung mengangkat jempolnya bertanda 'sip'.
Sampai di penjual minuman, Anan bertemu Cici yang juga kebetulan membeli minuman.
"Susanti botak kembar sama Dina ember bocor mana, Ci?"
"Ada tuh di sana."
Anan melihat Santy dan Dina yang tengah asik menikmati makanannya dengan sangat lahap.
"Sini gua bantuin."
"Makasih, Nan."
Plak
"Eh babi lo setan!" - Dina
"Astagfirullah ngagetin aja lo ah." - Santy
Santy dan Dina langsung memegangi dadanya karena kaget.
"Nih minuman kalian, lain kali beli sendiri, bisa?"
"Gak!"
"Sekalian nitip tadi woi, santai aja dong." Ujar Santy membela diri.
"Beban teman banget nyet. Besok-besok jangan mau disuruh-suruh ya, Ci. Gua cabut."
Setelah Anan pergi, Santy dan Dina tidak henti-hentinya mengumpat Anan.
"Gimana bisanya lo betah temenan sama dia, Ci?" Heran Santy.
"Dulu pas SMP dia gak gitu kok."
"Mau dulu mau sekarang kalau emang dasarnya bandel tetap bandel kali, Ci." Sahut Dina.
"Anan orang yang baik, cuma kebaikannya aja yang belum kalian ketahui."
"Iya deh iya gua ngalah." Dina kembali melahap makanannya.
"Thanks, Ci." - Santy
"Yap."
Setelah memberikan minuman pada Ryan, Anan langsung mencari udara segar. Sesak lama-lama kalau masih berada di area kantin.
Anan ingin kembali ke kelas, namun penilaian juri masih berlangsung. Terpaksa Anan mengurungkan niatnya itu.
"Eh nak, oi nak. Sini sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Teen Fiction𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...