BRS - Bagian 33

55 25 0
                                    

"Semakin dewasa, kita semakin dituntut untuk menjadi seperti apa yang mereka inginkan."

- Naya -
Bidadari Rasa Setan

"Naya."

Naya mencepatkan langkahnya saat Anan memanggil.

Naya berbelok arah dan menoleh ke belakang.

"Minggir woi, gua gak bisa lewat!!" Teriak Anan sedikit sesak napas.

Begitu banyak siswa bergerombolan yang lewat.

"Nay, tunggu..."

"Hai, Nan. Apa kabar?" Andre memberhentikan Anan tanpa dosa, alhasil ia ketinggalan jauh dengan Naya.

"Kabar apa yang lo maksud? Gua buru-buru nih nyet."

"Kabar lo sama Ryan, lah. Gimana kejelasannya?"

"Ah tuh anak nanti aja dibahas, gua mau ngejar deadline dulu."

"Deadline apa yang lo maksud?"

Anan langsung berlari menyusul kepergian Naya.

Setelah sampai di dalam perpus, Naya menghela napas lega. Akhirnya bisa juga lolos dari jangkauan Anan.

"Huft, gua aman."

Naya oleng, seketika tubuhnya terdorong sendiri ke belakang membuat rak yang ia sender goyang dan beberapa buku terjatuh ke bawah.

Naya sempat melihat ke atas dan berteriak kencang. "Aaaa...."

Bruk

Terdengar suara buku terjatuh di lantai.

Naya merasa empuk dan tidak sakit sedikitpun. Ia langsung membuka mata perlahan dan betapa terkejutnya ia saat mengetahui ada Gibran di atasnya.

"Aaaa...."

Gibran membungkam mulut Naya menggunakan tangannya.

Naya langsung mendorong tubuh Gibran ke samping.

"Sorry, mulut lo gapapa 'kan?"

Naya mengelap mulutnya sebentar sambil mengangguk kikuk.

"Thanks, Gib."

Gibran mendaratkan tangannya ke atas kepala Naya sambil mengacak-acaknya sebentar.

Kedua bola mata Naya melotot, seketika tubuhnya kaku di tempat.

"Ada debu di rambut lo."

"Huh..."

Naya tersenyum kecil, "Oh, debu."

"Gua balik dulu, lain kali hati-hati."

"Eum, ya."

Naya masih diam sambil memandang kepergian Gibran di tempat.

Setelah Gibran pergi, Naya memutuskan untuk balik juga ke kelas. Namun baru saja di depan pintu perpus, langkah Naya terhalang oleh kedatangan Anan.

"Lo sedekat apa sama dia?"

"Gak usah kepo!"

"Jauhin dia sekarang juga kalau lo gak mau terluka."

"Maksud lo?"

"Lo jangan sampai masuk ke dalam perangkap liciknya."

"Gibran orang baik, lo jangan suka ngejelek-jelekin dia karena gua gak suka itu."

"Ini demi kebaikan lo Nay, kalau gini terus lo bisa dilukai oleh dia."

"Sampai sekarang gua masih baik-baik aja, nih buktinya gua gapapa aja 'kan?"

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang