BRS - Bagian 24

50 27 0
                                    

"Aw, pelan-pelan Ci."

"Iya, ini udah pelan banget."

Cici kembali mengompres kain dengan air hangat dan mengobati luka lembam yang ada di wajah Anan dengan lembut.

"Aw."

"Tahan, Nan."

Ryan tiba-tiba datang dan mengambil alih kain kompresan dari tangan Cici. "Nih rasain, mamam tuh luka."

"Aw, apa-apaan sih lo Yan!"

Anan menjauhi wajahnya dari pergerakan Ryan dan mendorong tubuh Ryan jauh ke belakang.

"Pipi gua ikutan dirusak karena ulah lo. Sekarang lo mau tanggung jawab?"

Anan mengacuhkan ucapan Ryan dan memegangi luka lembab di wajahnya. "Ci, tolong obatin lagi gua."

Cici mengambil obat p3k dan membaluti luka yang ada di sudut bibir dan kening Anan menggunakan hansaplast.

"Oke, udah selesai."

"Woi, tanggung jawab lo setan!"

Cici menoleh ke arah Ryan. "Pipi lo kenapa?

"Gara-gara tuh anak pipi gua jadi gak mulus lagi."

"Tinggal perawatan aja sono, ribet banget lo."

"Bukan masalah itu jir, udah dari kecil gua jaga biar pipi gua tetap perawan tapi sekarang lo malah ngerusakin dia tanpa dosa, otak lo di mana?"

Cici terkekeh pelan. "Kalian lanjutin deh, gua mau ke kantin dulu."

"Gua ikut, Ci." Anan langsung beranjak dari tempatnya.

"Gua belum selesai ceramah woi!!" Ryan ditinggal sendirian di dalam uks.

Naya keluar dari area perpustakaan membawa beberapa buku di tangannya.

Anan dan Cici berjalan beriringan melewati koridor perpus. Saat berpapasan dengan Naya, Cici tidak sengaja menabrak bahu Naya sehingga buku yang Naya pegang terjatuh ke bawah.

"Maaf Nay, gua gak sengaja." Cici ikut membantu Naya membereskan buku yang tergeletak di lantai.

"Makasih." Naya tersenyum, tak sekalipun ia melirik ke arah Anan.

"Maaf, ya."

Naya mengangguk, ia langsung pergi dari sana menuju kelas.

Anan menatap Naya sampai kepalanya memutar ke belakang.

"Gak bakal diambil orang."

Anan tersadar dari lamunannya. "Khilap mata gua, Ci."

Mereka kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin.

"Woi ceunah, tungguin gua napa dah." Ryan terus berlari mengejar ketertinggalannya dari Anan.

Kantin

Anan, Cici, dan Ryan langsung bergabung ke meja yang sudah ada Santy dan Dina di sana.

"Wih jagoan neon udah datang." - Dina

Ryan menyomot satu bakso dimangkuk Dina dan mengunyahnya dengan lezat.

"Eh woi, bakso gua anjir." Dina mengambil alih mangkuk baksonya dan menatap Ryan dengan sinis.

"Biasa aja kali wajah lo, udah jelek makin jelek aja." - Ryan

Santy menyenggol bahu Dina, "Jangan cari gara-gara."

"Sepupu lo duluan yang nyari gara-gara."

"Gua gak suka nyari gara-gara, gua sukanya agar-agar." Jawab Ryan santai.

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang