BRS - Bagian 18

61 30 0
                                    

"Terakhir, jika lo gagal dalam menjalankan keempat cara di atas, maka kelaut aja sana. Semuanya gak bisa, apa-apa harus diberitahu. Sadar woi lo itu cuma beban hidup anak orang lain. Ingat kata tukang parkir, mundur." Ryan membaca perintah isi terakhir buku tersebut.

"Anjir bisa-bisanya gua diumpat sama nih buku." Keluh Anan.

Ryan menutup buku tersebut dan memasukkannya ke dalam tas. "Resiko punya gebetan jutek, saran gua ke laut aja."

"Lo sama aja sama tuh buku, gak ada gunanya."

"Jangan salahin bukunya, hati lo tuh yang salah. Ada angin apa pula lo bisa suka sama tuh orang."

"Naya, dia punya nama nyet."

"Iya, si Naya itu maksud gua. Kayak gak ada cewek lain aja."

Anan terdiam. Apa yang dikatakan Ryan ada benarnya, tiba-tiba saja ia tertarik untuk mendekati seorang gadis yang sebenarnya sudah berlari-lari dikepalanya sejak di kelas sepuluh lalu. Berhubung mereka tidak sekelas selama dua tahun belakangan ini.

Bahkan dari kelas sepuluh tersebut Naya selalu menjadi obrolan setiap tingkatan. Baik dirinya yang suka menyendiri dan kepribadiannya yang juga gigih dalam belajar.

Ruang seni

"One two three four five six seven eight... One two three...."

Cici memimpin di depan sedangkan tiga lainnya ada di belakang mengikuti gerakan yang diinstruksikan oleh sang ketua.

Dina datang sambil berteriak senang. "Yeayyyy..."

Cici, Santy, Rara, dan Silvi memberhentikan gerakan dancenya.

"Datang-datang bukannya salam, kenapa lo?" - Santy

Semuanya ikut heran menatap kedatangan Dina yang kelewat heboh.

"Mau dengar berita baru gak?"

"Hidup lo bukannya selalu banyak berita gak jelas, ya?"

"Kali ini gua serius San, bukan main."

"Berita apa Din?" Tanya Cici ikutan penasaran.

Dina memperlihatkan brosur yang ia bawa.

'Perlombaan dance tingkat sekolah'

"Kita masih ada kesempatan untuk ikut lomba pada tahun ini. Yeayyyy gua senang banget, tau gak!"

"Syukurlah." Ujar Rara dan Silvi bersamaan.

"Kalau kayak gini, gua jadi semangat latihan." - Dina

"Yuk Ci, kita mulai latihan inti." Ujar Santy.

"Oke, untuk gerakan dasarnya tetap sama di tahun lalu, ya."

Cici membentuk barisan diikuti Santy, Dina, Rara, dan Silvi dibelakangnya.

"One two three, let's go!"

Mereka bergerak sesuai irama lagu yang Cici sudah hidupkan. Satu sama lain memperhatikan gerakan agar bisa saling intropeksi kesalahan.

***

"Lo duluan aja Yan, gua masih ada urusan."

"Oke bro."

Anan kembali masuk ke dalam perkarangan sekolah, ia mendekati seorang bapak yang tengah menyapu di halaman sekolah.

"Pak."

"Iya, nak?"

"Saya mau tanya sesuatu, pak."

Bapak penjaga memberhentikan aktifitasnya. "Iya, silahkan nak."

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang