BRS - Bagian 31

53 27 0
                                    

"Pas pulang tadi gua lihat Naya sama Gibran, mereka pulang bareng."

Anan semakin menggas mogenya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak peduli dengan nyawanya saat ini.

Sedikit lagi hendak melaju lurus namun lampu hijau sudah berubah menjadi lampu merah. Terpaksa Anan memberhentikan mogenya di tempat.

"Ah, sial!"

Ada banyak polisi di area sana membuatnya tidak bisa melanjutkan perjalanannya.

Tiba-tiba ide cerdik datang dari pikirannya. Ia berbelok mengambil jalur lain dan menggas mogenya menyeimbangi dengan yang lain sebelum para polisi menyadari hal itu.

Sampai ditempat tujuan, Anan langsung turun dari mogenya dan hendak memasuki area perkarangan rumah Naya, tapi langkahnya tertahan oleh pemandangan yang ada dihadapannya kini.

Gibran mengacak-acak rambut Naya dan keduanya saling tertawa bahagia. Bahkan tangan Naya ikut berada di atas tangan Gibran.

"Selesai."

"Eum, ya."

Naya langsung melepaskan tangannya yang menempel di atas tangan Gibran. Gibran pun juga begitu, ia langsung menurunkan tangannya dari atas kepala Naya.

"Gua gak tau kenapa bisa ada daun di kepala gua." Heran Naya.

"Mungkin dari pohon jalanan."

"Mau masuk dulu?"

"Gua harus balik."

"Hati-hati." Naya melambaikan tangannya saat Gibran mutar balik untuk keluar dari pekarangan rumah.

Setelah tidak ada siapa-siapa lagi, Naya langsung masuk ke dalam rumah.

Tok tok tok

"Sebentar..."

Naya membuka pintu dan mengecek siapa yang datang, tapi diteras rumahnya tidak ada siapapun. Naya melangkah menuruni tangga teras dan mengecek seseorang di area perkarangan depan rumahnya, sepi juga tidak ada siapa-siapa.

Brak

Naya terkejut, ia langsung masuk ke dalam rumah dan melihat bayangan hitam memasuki area kamarnya.

Tidak tinggal diam, Naya berlari memasuki kamarnya dan melihat seorang pria keluar dari jendela.

Semua serba hitam, mulai dari jaket, celana, topi, kacamata, sepatu hingga masker yang ia kenakan terdeteksi oleh pandangan Naya. Namun, Naya tidak bisa mengetahui siapa orangnya.

Naya melihat ke arah luar jendela, orang tersebut sudah pergi melewati perkarangan belakang rumah.

"Siapa dia?"

Pertanyaan itu terus saja terpikirkan oleh Naya.

"Apa nih?"

Naya langsung mengambil robekan jaket yang terselip di pengait jendela.

•••

Pagi-pagi sekali Naya sudah mengelilingi area komplek perumahan.

Naya berlari tanpa henti sambil mendengarkan sebuah lagu menggunakan earphone.

Saat hendak berbelok arah, mendadak kepalanya sakit. Ia langsung menepi dan terduduk di sana.

"Duh... Huh..."

Naya tidak bisa mengontrol dirinya sehingga ia terjatuh di tempat.

Samar-samar, ia melihat ada seseorang yang berdiri di depannya hendak membantunya.

Ting tong

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang