Naya baru saja datang dan menemukan artikel menyakitkan di mading sekolah.
Dua hari ini berita tentang Argantara semakin menyebar luas kemana-mana.
Naya menahan amarahnya dan langsung merobek-robek artikel itu dari mading sekolah lalu membuangnya ke tong sampah.
Sampai di kelas, Naya tidak menemukan siapa-siapa kecuali dua tas milik Santy dan Dina.
Kring kring
Tinggal satu lagi mata ujian yang harus mereka selesaikan.
Kini Naya memutuskan untuk ke kantin membeli makanan ringan, berhubung tadi pagi ia tidak sempat sarapan.
"Bu, roti keringnya dua sama jus stoberinya satu."
"Baik, ditunggu ya neng."
"Eh lihat, akhirnya dia ke sini juga."
Naya menoleh ke arah belakang dan sudah mendapati segerombolan orang berkumpul di tengah-tengah area kantin.
"Nih, neng."
Naya memberikan uang sepuluh ribu ke penjual tersebut.
"Lihat dia, masih tidak tau malu sekolah di sini."
"Cuih, ternyata bapaknya seorang pembunuh."
"Kalau gua jadi dia mah udah langsung pindah sekolah."
"Percuma, lebih baik berhenti aja. Gak ada juga yang mau temanan sama anak dari seorang pembunuh."
"Betul!!" Ujar serempak mereka.
"Dasar anak pembunuh!"
"Huuuu....."
Saat Naya berjalan menuju kerumunan, mereka langsung mengepung dan melemparinya dengan sampah bekas makanan mereka.
Baik itu plastik, botol minuman mineral, dan kertas yang memang sudah mereka persiapkan untuk melempari Naya.
"Ma, lihat apa yang Aya bawa."
Naya memperlihatkan apa yang ia bawa ke mamanya.
"Jus stroberi?"
Naya mengangguk antusias. "Tunggu Aya disana ya, ma."
"Minggir, gua mau lewat." Ujar Naya dengan santainya.
Ya, sedari tadi ia tidak mempermasalahkan teriakan mereka di kedua kupingnya.
"Huuuu, pindah sana dari sekolah kami. Dasar anak pembunuh!"
"Anak pembunuh..."
"Anak pembunuh..."
"Anak pembunuh..."
Bruk
Naya tersungkur ke lantai.
"Ahh... Aduhh... Sus, tolong dada saya sakit, sus."
Bruk
Punggung belakang Naya disenggol hingga membuatnya terjatuh ke depan dengan jus stroberi yang tertumpah di lantai.
"Suster, ada pasien baru dengan jantung yang lemah. Cepat bawa pasien ke ruang operasi, sus."
"Mami.... Mami jangan tinggalin Anan..."
Naya beranjak dari tempatnya dan berlari mendekati sang mama.
"Dokter, suster, tolong mama saya dok, sus. Hiks... Hiks... Mama bertahan ya, Aya akan teriak minta pertolongan...."
Beberapa dokter dan suster berlalu lalang hanya untuk menangani pasien yang baru saja datang.
"Ahhh... Huh.... Su-sudah nak, mama tidak apa-apah.... lagian kita tidak punya uang untuk tindakan lebih lanjut. Ahhh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Fiksi Remaja𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...