Kejadian di kantin saat itu, Gibran mengeluarkan sebuah bubuk kecil dari saku celana dan menuangkannya ke sisi mangkuk bagian kiri.
Gibran menolong Naya saat ia hendak terjatuh berdesak-desakan dengan orang-orang.
"Maaf ya gua gak sengaja."
Naya langsung mengambil nampan yang sudah dibereskan Ryan.
"Lo gak jadi makan?" Tanya Naya ke Gibran.
"Mienya kita bagi dua." Gibran menyodorkan mangkuk mie miliknya ke tengah-tengah meja.
"Hah?"
Karena lama, Gibran langsung menyuapkan sesendok mie yang sudah ia berikan bubuk ke mulut Naya. Maka dari itu, setelah selesai dari kantin Naya mengalami muntah-muntah dan tidak enak badan.
***
Bukannya ke kelas, Gibran malah mengikuti Naya dari belakang.
"Tas gua mana?"
Gibran berada di depan pintu kelas, namun Naya tidak menyadari hal itu.
Brak.
Gibran menutup kuat pintu kelas dan menguncinya dengan kunci yang ia beli dari beberapa hari lalu.
Naya berlari mendekati pintu.
Tok tok tok
"Tolong siapapun buka pintunya...!!"
Sebelum ada yang mengetahuinya, Gibran langsung pergi dari sana meninggalkan Naya sendirian di dalam kelas.
"Jadi selama ini lo pelakunya?"
Gibran tertawa kecil, "Hahaha, lo pikir aja sendiri."
"Kenapa?"
"Kenapa kata lo?!"
"Kenapa?!" Tegas Naya lagi.
"Hiburan semata." Jawab Gibran dengan santainya.
"GILA YA LO!"
"JANGAN BERTERIAK DI DEPAN GUA!"
Seketika Naya terdiam, baru kali ini ia mendengar Gibran meninggikan suara di depannya.
"Bokap lo tuh yang gila! Meninggalkan tanggungjawab tanpa rasa bersalah! Lo mau tau kenapa lo bisa kaya raya seperti sekarang? Itu hasil sumbangan harta dari bokap gua, bangsat! Bokap lo semacam anjing yang menjilati majikannya, najis dan penuh dosa!"
"Jaga ya mulut lo! Lo gak berhak ngomong gitu tentang bokap gua!"
"Hahha, udah diikat masih aja sok belagu nih anak. Apa yang lo tau tentang si pecundang itu, hah??!"
"Ternyata ini sifat asli lo? Gua kecewa sama lo Gib. Gua kira lo orang baik, bullshit semata, hidup lo penuh drama kuno, tau gak!"
Plak!
Gibran menampar pipi Naya begitu keras hingga meninggalkan bekas memar di pipi kirinya.
"Gimana rasanya? Itu gak seberapa dengan perbuatan bokap lo terhadap bokap gua!!"
Napas Naya jadi naik turun, ia coba menahan isak tangis dan tidak menunjukkan kelemahannya di depan pelaku.
"Bokap gua gak pernah buat masalah." Lirih Naya.
"Apa? Gak pernah? Lo tanyain sekarang juga sama tuh pecundang apa yang dia lakukan empat tahun lalu sama bokap gua, TANYAIN CEPAT!!!"
Naya berdecih pelan, "Gak waras lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Teen Fiction𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...