BRS - Bagian 21

59 28 0
                                    

"Makan tuh cinta. Orang bisa gila kalau cintanya gak dibalas, lo salah satunya."

- Ryan -
Bidadari Rasa Setan

Anan mengikuti mobil Naya dari belakang.

Naya membuka buku dan mempelajarinya sekedar menunggu sampai ke rumah nanti.

Pak Bimo menggas setir mobil dengan kecepatan tinggi, Anan pun begitu. Ia terus mengikuti mobil Naya.

"Itu siapa yang mengikuti kita, non? Tapi saya kayak kenal deh dengan motornya."

Konsentrasi Naya jadi terganggu, ia ikut menoleh ke arah belakang memperhatikan motor yang dimaksud Pak Bimo.

"Cari jalan pintas aja, pak."

Pak Bimo mengikuti perintah Naya. Ia mengambil jalan pintas yang membuat Anan kehilangan jejak.

"Kemana perginya tuh mobil?"

Anan bingung harus belok kanan atau kiri. Biasanya ia tidak lewat sini, namun kali ini ia dibuat bingung oleh dua jalan yang berbeda.

Anan memilih mutar balik ke jalan yang ia tahu saja.

"Gimana pak, masih diikutinya kita?"

"Tidak, non."

Sampai di gerbang rumah, Naya begitupun Pak Bimo dibuat kaget akan datangnya Anan yang lebih dulu dari mereka.

Naya turun dari mobil dan Anan turun dari motornya.

"Lo ngapain ke sini?"

"Hanya untuk bersilahturahmi."

Naya menatap malas ke arah Anan. Ia langsung masuk ke dalam rumah diikuti Anan di belakangnya.

Naya berhenti di depan pintu.

"Lo ngapain ikutan masuk?"

"Mau ketemu papa mertua."

"Papa gua sibuk, lebih baik lo pulang sekarang juga!"

"Ngopi dulu boleh gak?"

"Gak!"

Bi Indri keluar sambil membawa nampan dengan cemilan dan secangkir kopi.

"Ini den kopinya."

"Makasih, Bi."

Anan nyelonong masuk ke dalam rumah. Bahkan pemilik rumah belum mengizinkannya masuk.

"Non."

Pak Bimo menunjukkan pesan dari ponselnya.

"Tuan akan lembur malam ini, kemungkinan tuan tidur di kantor."

Naya langsung masuk ke dalam rumah dan berjalan cepat ke arah kamar.

"Sepi amat nih rumah."

Bi Indri kembali mengantarkan beberapa cemilan ke meja ruang tengah.

"Nih den, cemilannya ditambah."

"Makasih, bi."

Naya masih belum keluar dari kamar.

"Lima belas menit ngapain aja tuh anak di kamar?" Anan bertanya pada dirinya sendiri.

Anan langsung beranjak dari tempatnya dan mendekat ke arah pintu kamar Naya.

Disisi kanan dan kiri pintu, tepatnya di bagian dinding dan lemari yang ada di sana, terpasang berbagai foto Naya dengan kedua orangtuanya.

Anan mengambil salah satu foto tersebut dan menatap ke arah gadis yang akhir-akhir ini berkeliaran di kepalanya.

Bidadari Rasa Setan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang