"Naya? Lo kapan ke sini?"
"Hah...?" Naya menyipitkan matanya dan menatap ke sekeliling ruangan. "Gua di mana?"
"Lo di rumah sakit, pagi-pagi gini kok lo udah ada di sini?"
"Ah iya, gua di rumah sakit. Hoaahhh... semalaman gua udah ada disini. Lo kapan sampai?"
"Baru aja, ini lo gak ke sekolah?"
Naya menunduk menatap pakaiannya. "Ouh, iya gua siap-siap dulu."
Cici langsung duduk di kursi yang tadi Naya duduki. "Lo kapan sadarnya sih, Nan? Gak capek tidur mulu, ya?"
Cici menghela napas, ia kasihan melihat kondisi Anan yang saat ini masih terbaring koma di rumah sakit.
Lima belas menit menunggu, akhirnya Naya selesai bersiap-siap.
"Lo nginap, ya?"
"Bisa dibilang begitu."
"Itu kenapa mata lo sembab? Pipi lo juga kenapa kayak memar gitu, Nay?"
Naya dengan cepat menyembunyikan pipi kirinya menggunakan rambut. "Pipi gua terimpit tangan jadi membekas merah dan mata gua mungkin kebanyakan kena air jadi sembab gini."
Cici mengangguk singkat walau alasan Naya sedikit tidak masuk akal.
Setelah Naya selesai memasang tali sepatu, mereka langsung berangkat sekolah bareng.
SMA Cendana
"Permisi, numpang lewat dong."
"Ini ada apa sih rame-rame?"
Santy sangat tidak suka akan keramaian yang berdesak-desakan.
"Lihat Ci, ada berita baru."
Cici langsung menoleh ke arah mading dan berdiam diri di sana.
"Berita viral ini lagi? Belum kelar-kelar, ya?"
"Bentar, lo baca dulu sampai selesai." Santy menahan tangan Cici yang hendak pergi.
Semua kerumunan membaca artikel berita di mading dengan seksama, spontan Cici melototkan mata kaget. "Naya?"
Cici segera berlari menuju kelas disusul Santy di belakangnya.
"Ci, mau ke mana lo?" Heran Santy.
"Ada yang lihat Naya, gak?"
"Gak lihat."
Cici langsung berlari menuju ruang perpus, ditengah perjalanan ia berpapasan dengan Ryan.
"Woi Susanti, kantin bareng yok."
"Lo aja sana, gua mau ikut Cici."
"Dasar followers."
"Yan, lo ada lihat Naya?" Tanya Cici.
Ryan menyerjit bingung, "Naya cewek yang didekati Anan itu?"
Kantin
Area kantin penuh dengan orang-orang yang bergosip ria. Kali ini berita baru mericuhkan suasana kantin, bahkan lebih rusuh dari berita viral lainnya.
"Dengar sini, dengar sini semuanya..." Ujar salah seorang siswa dengan baju yang urak-urakan.
Siswa-siswi yang sedang makan langsung memberhentikan makannya dan mendengarkan obrolan si perusuh sekolah tersebut.
"Kalian semua udah dengar berita baru belum?"
"UDAHHH!!" Ujar serentak yang ada di dalam kantin.
"Ternyata oh ternyata, pembunuh itu salah seorang bokap siswi di sekolah kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Rasa Setan (End)
Teen Fiction𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 : fiksi remaja | humor °°°°° "Lo ngapain ke sini?" "Mau ketemu papa. Papa udah pulang, bi?" "Papa siapa yang den maksud?" "Papanya Naya lah bi, siapa lagi. Gak mungkin papanya tetangga sebelah." Naya langsung menarik Anan keluar dari ruma...