6.4

221 43 28
                                    

Ada lapangan Quidditch di tengah-tengah pemukiman Fairbourne. Konon katanya para penghuni Fairbourne memiliki terlalu banyak emas sehingga mereka sama sekali tidak keberatan berkontribusi memberikan sejumlah emas untuk membangun lapangan itu buat anak-anak mereka berlatih dan bersenang-senang selama liburan.


Aku tahu dari Naomi kalau hari ini tidak ada jadwal bermain Quidditch bagi Dreamies, kecuali Jisung. Semua orang sedang punya acara masing-masing, sehingga ini waktu yang tepat untuk melaksanakan Operation: Getting Jisung's Attention. Huft, akan kubuktikan tidak ada yang bisa menolak pesona Veela-ku.


Jisung sedang menggosok pegangan sapu saat aku tiba di sana. Dia duduk di salah satu kursi yang ada di pinggir lapangan. Ada kotak perawatan sapu di sampingnya. Keningnya berkerut penuh konsentrasi sedangkan rambut  kecokelatannya kelihatan agak merah ditimpa cahaya matahari musim panas. Bahkan dalam keadaan duduk pun, Jisung masih terlihat jangkung. 


Pelan-pelan aku mendekat, takut membuatnya kaget. Hari ini aku memakai baju terbaikku. Blus putih dengan renda dan rok biru langit. Semua orang selalu memujiku cantik saat memakai baju ini karena putih membuat rambut keperakanku semakin jelas dan biru senada dengan mataku. Sebagian rambutku dikepang membentuk mahkota sedangkan sisanya dibiarkan tergerai. Kuyakin Jisung pasti terpesona.


"Hai, Jisung!" sapaku.


Jisung mengangkat kepala dan menoleh padaku. Aku tersenyum lebar, sengaja betul menguarkan pancaran aura Veela sebanyak mungkin. Tapi seperti biasa, dia hanya menatapku beberapa detik, lalu kembali sibuk menggosok sapu agar mengkilat.


"Oi!" balasnya singkat.


OI??!!! 

Apa itu reaksi normal yang kau ucapkan kalau disapa gadis cantik seperti aku?! Tuh kan, dia bahkan tidak menyebut namaku! 


Aku menahan geram, tapi masih pura-pura ramah. Mungkin pancaran Veela-ku belum terlalu bekerja. Aku mengibaskan rambut dengan angkuh, mendekati Jisung dan duduk di sebelahnya. Dia tidak bergeser menjauh seperti biasa. Syukurlah, tapi mungkin saja karena ruang di bangku itu sempit sekali.


"Terbangmu bagus sekali," pujiku, yang ini jujur sih. Aku sudah melihat anak laki-laki Dreamies terbang beberapa hari yang lalu saat mereka bermain dan Jisung terbang sangat keren. Apalagi untuk ukuran orang yang sangat jangkung. Dia menguasai terbang. "Kurasa kau bisa jadi pemain Quidditch profesional."


"Bisa terbang dengan bagus saja tidak cukup untuk jadi pemain profesional," tukas Jisung datar, masih sibuk menggosok pegangan sapu padahal sudah mengilat dan sama sekali tidak menatapku. 


Aku memutar bola mata. Ya itu juga aku tahu! Aku kan sedang berbasa-basi! Kenapa sih dia tidak bisa menghargai sedikit?!


Ya sudah! Lebih baik aku pergi saja, daripada berlama-lama di bawah terik matahari musim panas dan tidak diacuhkan sama sekali oleh Jisung. Kelihatannya sapunya jauh lebih penting daripada mengobrol denganku. 


Aku berdiri dan hendak berjalan pergi ketika tiba-tiba tangan Jisung menahan lenganku. Aku berbalik dan agak terhuyung mendapat wajahku nyaris bertabrakan dengan dada Jisung yang sekarang sudah berdiri. Wow, dia memang benar-benar tinggi. Aku mendongak menatapnya bingung, lalu tiba-tiba semua terjadi.


Kepala Jisung menunduk dan bibirnya menyentuh bibirku. Aku membeku sesaat merasakan sentuhan lembut bibir Jisung. Mataku mengerjap bingung. Ciuman itu mungkin hanya satu detik, karena detik berikutnya Jisung sudah menarik diri dan menatapku dengan horor. Pipi dan ujung telinganya merah sekali.


"Jisung ..."


"Maaf!" 


Masih dengan tatapan horor, Jisung melepaskan pegangannya dariku. Kemudian menyambar sapu dan langsung terbang pergi, tanpa mengatakan apa pun atau menoleh ke belakang lagi.


Semua terjadi begitu cepat sampai-sampai aku bingung apakah ini semua hanya bayanganku. Satu-satunya yang membuktikan bahwa ini bukan imajinasiku adalah debaran jantungku yang tak normal dan kotak perawatan sapu dengan inisial J.S.P yang tertinggal di atas bangku. 





***

an. abis itu Nana ngomel2 sama Dreamies hahaha (chapter 3.1). -Ki

Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang