5.6

123 14 5
                                    

"Wah, kembar!" tunjuk Chenle heboh pada Jeno dan Jane yang baru datang.


Mereka berdua memang pakai sweater rajut berwarna hijau yang sama. Hanya saja punya Jeno ada rajutan huruf J besar dan N kecil di bagian dada. Sebenarnya semua anggota Dreamies juga punya sweater rajut yang sama dengan warna berbeda-beda sesuai asrama masing-masing. Hadiah dari Mrs Zhong. Bahkan aku juga punya. Sweaterku berwarna biru dengan huruf S perunggu.


Naomi menegur Chenle dengan halus karena Jane langsung tampak salah tingkah meski Jeno berusaha kelihatan biasa-biasa saja saat mendengar ucapan Chenle barusan. Ah, tanpa perlu pakai Legilimens, aku bisa tahu sepertinya diam-diam mereka menyimpan perasaan satu sama lain. Itu berarti mantera Haechan dan Lauren saat kiss cam benar-benar bekerja.


Semua orang sibuk dengan kegiatan masing-masing di kamar kebutuhan dan hampir semuanya berpasang-pasangan. Naomi dan Renjun. Thalia dan Jaemin. Haechan bersama Lauren sedangkan Jeno bersama Jane. Hanya aku, Chenle dan Jisung yang seperti trio aneh. Kami duduk bersama di salah satu sudut dekat perapian. Mereka berdua bermain Gobstones emas sedangkan aku melanjutkan membaca Buku Luar Biasa: Buku Mantera dan Kutukan.


"Argh, sial!"


Jisung berkali-kali kehilangan poin. Tampaknya tidak konsentrasi. Mungkin ada hubungannya dengan alasan Jisung mengusulkan mereka liburan ke Hogwarts.


"Dia nggak bakal tiba-tiba muncul di Hogwarts kan?" tanya Jisung tiba-tiba.


Chenle mendengkus. "Enggaklah! Kau pikir dia nggak punya kerjaan lain selain menguntitmu?"


Oh, aku tahu mereka membicarakan siapa. Walaupun aku belum pernah bertemu langsung, aku sering melihat ketika puluhan pos burung hantu mengantarkan surat untuk Jisung yang tidak pernah dibuka. Juga sering mendengar namanya muncul dari benak Jisung. Kalau tidak salah namanya Isabelle. Gadis Perancis seumuran kami yang bersekolah di Beauxbatons. Gadis yang dicium Jisung musim panas yang lalu.


"Iya kan ... Ya benar ... Kurasa dia juga tidak bakal se-ekstrem itu," gumam Jisung lebih pada dirinya sendiri.


Chenle menggelengkan kepala. "Taruhan, Jisung, suatu saat kau pasti menyesal mengabaikan suratnya selama ini," tukasnya blak-blakan, tapi Jisung hanya memasang tampang tidak percaya. Akhirnya Chenle menoleh dan berteriak ke arah para Kakak. "Hyung! Nuna! Ada yang mau ikut main Gobstone nggak?! Jisung payah nih!"


"Hei!" protes Jisung.


Jane yang ternyata senang berkompetisi, Jeno yang tidak mau kalah dan Haechan yang bersemangat akhirnya ikut main Gobstone. Setelah banyak ronde permainan, akhirnya diputuskan Jane dan Jeno kalah dan harus menjalani hukuman mengambil makanan di dapur. Ternyata Jane juga sama payahnya dengan Jisung dalam bermain Gobstone.


Lauren dan Haechan memutuskan tetap bergabung bersama trio aneh aku-Chenle-Jisung setelah Jane dan Jeno menghilang di balik pintu kamar kebutuhan. Mereka membawa peta butut yang kuketahui dari membaca pikiran The Marauder 2.0 sebagai Peta Perompak. Berjaga-jaga kalau Mr. Filch ternyata tetap patroli di malam Natal.


"Tidak," kata Haechan ngotot. "Aku sih setuju kalau aku jadi Happy, tapi masa Renjun mau dihitung sebagai kurcaci juga? Siapa? Sleepy?"


Obrolan Haechan dan Lauren menarik perhatian Chenle yang melanjutkan permainan Gobstone bersama Jisung. "Kalian membicarakan kurcaci mana?"


Lauren tertawa kecil. "Bukan kurcaci sungguhan, Chenle. Ini dongeng. Judulnya Putri Salju dan tujuh kurcaci."


"Lauren bilang kita dan Naomi mengingatkannya pada dongeng itu," sambung Haechan. "Naomi si Putri Salju dan kita bertujuh sama jumlahnya seperti para kurcaci."


Jisung mengernyit bingung mendengar sesuatu yang jelas-jelas tidak familiar. Permainan Gobstone terlupakan begitu saja. "Putri Salju? Apa itu sesuatu yang bisa dimakan?"


"Bukan," Tanpa sadar aku ikut bicara. Chenle dan Jisung menatapku heran, jadi aku melanjutkan. "Putri Salju itu seorang putri. Benar-benar putri kerajaan secara harfiah dengan kastil, pangeran dan lain-lain. Ini dongeng yang biasa dibacakan untuk anak-anak Muggle," jelasku panjang.


"Ya, seperti 'Cinderella' atau 'si Cantik dan si Buruk Rupa'. Dongeng para putri ini klasik bagi anak-anak Muggle seperti Kisah-kisah Beedle si Juru Cerita bagi anak-anak penyihir," tambah Lauren.


"Eww," Jisung berseru tak suka. "Kasihan sekali anak-anak Muggle sudah disuguhi roman picisan sejak kecil."


Lauren terkekeh menganggap rasa tidak suka Jisung terhadap hal-hal romantis itu menggemaskan, tapi dengan baik hati tetap menjelaskan nilai moral lain dalam dongeng Putri Salju agar Jisung tidak hanya fokus pada kisah cinta sang putri dan pangeran tampan berkuda putih.


Aku meneruskan membaca buku mantera sambil mendengarkan obrolan Haechan, Lauren dan Jisung sampai aku merasakan Chenle menyenggol bahuku.


'Apa?' tanyaku tanpa suara dengan mengangkat alis.


"Jadi, dongeng mana yang jadi favoritmu?" Chenle malah balik bertanya dengan suara rendah yang hanya bisa didengar oleh kami berdua.


Sejujurnya aku setuju dengan Jisung. Dongeng para putri itu selalu menceritakan tentang seorang putri yang hidupnya penuh kesulitan. Namun dengan bantuan sedikit sihir dan pangeran tampan, segala masalah hidup sang putri terselesaikan dan mereka hidup bahagia selamanya. Menjejalkan ide mengenai sihir yang dapat mengubah hidup dalam kepala anak-anak bukanlah ide bagus.


Lihat saja sekarang. Aku bisa menyihir, tapi hidupku nyaris tidak berubah tanpa bantuan Chenle dan teman-temannya. Dunia sihir tidak seindah dongeng.


Chenle menyenggol bahuku lagi saat aku tidak kunjung menjawab.


Aku menghela napas. "Tidak ada," jawabku datar. "Aku benci semua dongeng itu, terutama Cinderella."


Alis Chenle mengerut. "Kenapa?"

Sebelum aku sempat mempertimbangkan jawaban pertanyaan Chenle, Haechan sudah berseru heboh. Membuat perhatian semua orang di dalam Kamar Rahasia tertuju padanya.


"INJUN! KITA HARUS MENYELAMATKAN JENO! DIA TERKURUNG DI LEMARI SAPU BERSAMA JANE! BURUAN! NANTI MEREKA BUNUH-BUNUHAN!"


Aku bisa mendengar Renjun dan Naomi sama-sama mendesah kecewa dalam kepalaku karena Haechan tampaknya mengacaukan atmosfer apa pun di antara mereka. Tapi, aku justru lega karena tidak perlu menjawab pertanyaan Chenle. 











an. halo!!! kaget gaa? hehe aku ga tau next chapternya kapan, but pray semoga segera selesai. Punya Mark juga udah didraft sampe chapter 7, jadi semoga masih pada sabar nunggu ya. Oh ya walaupun telat, Happy Anniv ke-6 ya Dreamies :)

Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang