2.5

720 166 15
                                    

"SEPULUH POIN LAGI UNTUK GRYFFINDOR! Dan Chaser Gryffindor, Jane Ahn terbang cantik merayakan gol yang ke enam belas!"


Kami sudah unggul seratus enam puluh angka dari Slytherin. Seharusnya detik-detik ini Felix sudah menangkap Snitch. Hujan turun dengan deras begitu peluit Madam Hooch ditiup. Seluruh anggota tim sudah basah kuyup sejak bermain satu jam yang lalu. Mataku menyusuri lapangan sambil terbang zig-zag menghindari Bludger yang dipukul ke arahku oleh Beater Slytherin.


Itu mereka!


Felix sedang terbang dengan disusul Jisung di sudut kanan lapangan. Aku bisa melihat titik bersayap emas sekitar seratus meter dari mereka. Para penonton sepertinya juga sudah sadar dan mulai bersorak-sorak menyebut nama Felix dan Jisung dari bawah lindungan payung-payung besar. 


Perhatianku teralih karena Mary melemparkan Quaffle yang kutangkap dengan gesit. Aku melesat menuju gawang Slytherin, tapi Jeno tiba-tiba memotong jalanku. Sebuah Bludger menyerempet lutut kiriku saat aku berjungkir balik agar tidak menabrak Jeno—nyaris tergelincir dari sapu. Quaffle terlepas dari tanganku dan jatuh yang ditangkap Chaser Slytherin. Logan terbang di sampingku sembari menyumpah-nyumpah.


"Harusnya kau tabrak saja si Lee sampai jatuh!"


Lututku berdenyut nyeri, tapi aku menguasai diri. 


Kami tidak boleh kalah. 

Sudah sedekat ini untuk menang. 


Snitch sudah hilang lagi. Felix terbang lebih tinggi demi menyisiri lapangan dengan lebih baik di bawah deras hujan. Slytherin tidak menambah gol. Keeper Gryffindor, Ben, terlalu sulit ditembus pertahanannya sementara Chaser kami terlalu gesit untuk diimbangi. Satu-satunya kesempatan Slytherin hanya jika mereka menangkap Snitch.


"Bola di tangan Gryffindor. Ahn mengoper ke Price, lalu ke Cohen dan kembali ke Ahn dan GOL! Sepuluh poin lagi untuk Gryffindor! Dan oh! Jisung Park sepertinya melihat Snitch!"


Kali ini aku nyaris tidak bisa melihat titik emas yang dikejar Jisung dengan terbang menukik turun. Felix hanya beberapa meter di belakangnya. Bludger berdesing ke arah Felix yang ditangkis Logan. Aku tak bisa fokus pada dua Seeker sebab Jeno kini memegang Quaffle dan mengincar gawang Gryffindor. Ia mengoper bola itu dengan melempar jauh, tapi kali ini akulah yang memotong jalan dan menyambar Quaffle yang seharusnya ditujukan Jeno pada rekan Chasernya. Jeno kelihatan gusar dan aku mengoper Quaffle pada Lisa yang melesat ke gawang Slytherin.


Bersamaan dengan gol dari Lisa, aku mendengar tribun meledak dalam gegap gempita dan peluit Madam Hooch berbunyi.


"SLYTHERIN MENANGKAP SNITCHNYA! Seratus lima puluh angka untuk Slytherin, tapi Gryffindor tetap unggul. 170: 160 untuk Gryffindor. Wah ini mirip hasil Piala Dunia ke 422. GRYFFINDOR MENAAAANG!"


Suara Haechan nyaris tenggelam oleh teriakan para suporter dan deras hujan meski sudah dikeraskan dengan sihir. Aku melihat Jisung melayang di atas sapu dengan sayap-sayap Snitch masih mengepak lemah dalam genggaman tangan kanan—sama sekali tidak tampak puas sudah berhasil menangkap bola emas itu. Jeno terbang tak jauh dari Jisung hanya memberi anggukan. Rambutnya basah kuyup membuat poninya menutupi mata. Aku tak bisa melihat ekspresinya.

Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang