4.7

292 77 5
                                    

Seluruh kulit di tubuh Maggie Jackson berwarna hijau pucat. Dia tampak seperti Grindylow jelek dipakaikan jubah Hogwarts. Ekspresinya seperti Skrewt Ujung-meletup yang sedang marah. Siap menyengat siapa saja.


"KAU!" teriak Jackson dengan suara melengking tinggi dan ludah berhamburan. Tangannya menunjuk ke arah meja Ravenclaw seiring langkah kakinya yang menghentak geram ke sana. "KAU! SOPHIA LI SIALAN! KAU MENGERJAIKU YA?!"


Seperti ber-Apparate, aku baru sadar tiba-tiba Chenle sudah muncul di sebelah Sophia. Entah bagaimana caranya dia bergerak begitu cepat berpindah dari meja Hufflepuff menuju meja Ravenclaw. Chenle menatap Jackson menantang dengan posisi defensif di belakang Sophia.


Sophia justru tampak tenang. Justru dia malah terlihat agak ketakutan dengan beringsut lebih dekat pada Thalia di sebelahnya.


"Apa maksudmu?" tanyanya pada Jackson dengan wajah polos.


Wow, akting Sophia pantas menang Oscar!


"Kau menukarnya, iya kan?!" Suara Jackson masih melengking marah seperti banshee. "Aku tahu kau pintar Mantera! Pasti kau menukarnya kan dengan yang asli?!"


Sophia masih tampak ketakutan walaupun kini dia sudah paham apa yang dimaksud Jackson. "Tentu saja tidak. Kau mengambilnya langsung dari tanganku, ingat? Aku tidak sempat melakukan apa-apa."


"KAU! ANAK LICIK! MASIH MAU MENGELAK?!"


Tangan Jackson hampir terulur untuk menjambak rambut Sophia, tapi seseorang telah menahan tangannya.


"Jeno ...." cicit Jackson saat melihat ekspresi wajah Jeno yang dingin.


Aku yang posisi duduknya jauh saja bisa merasakan aura intimidatif dan mengerikan menguar dari si Kapten Quidditch Slytherin. Jane menatapku dan Haechan dengan pandangan apa-yang-sedang-terjadi, tapi kami berdua cuma mengangkat bahu. Jeno masih mencengkram lengan Jackson dengan kasar dan tidak bergerak dari sana.


"Kau ambil apa dari Sophia?" tanya Jeno datar.


"A-aku ... ti-tidak ..." Jackson tergagap, jelas tidak menyangka akan tertangkap basah oleh Jeno.


Mata Jeno menyipit curiga, mengamati Jackson dari ujung kepala ke ujung kaki dengan galak. Lalu ekspresinya berubah paham. "Hah, kau mengambil pemberianku untuk Sophia ya?"


Jeno tampaknya tidak mengharapkan jawaban, tapi hampir seisi Aula Besar terkesiap. Persis seperti reaksi yang Haechan dan aku harapkan, semua murid mulai saling berbisik soal Jackson yang mengambil paksa barang milik anak-anak yang lebih muda.


"Kau dengar itu?! Ternyata rumornya benar!"

"Wah, gila! Aku tidak menyangka!"


"Ooh, Jackson. Merampas milik orang lain itu bukan kebiasaan baik," komentar Jaemin mengelengkan kepala dari meja Hufflepuff.


"Bila terbukti sudah dipastikan bakal dapat detensi dan pengurangan angka," tambah Renjun yang duduk hanya berselang beberapa murid dari Sophia.


Seringai sinis mengejek, tapi sama mengerikannya muncul di wajah Jeno.


"Kau pasti tidak tanya dulu isinya apa dan langsung pakai ya? Kulitmu bakal berubah jadi hijau kalau kau mandi pakai itu," katanya pelan, tapi terdengar jelas seantero Aula Besar.


Jeno menarik tangan Maggie Jackson dalam cengkramannya, mau tak mau membuat Jackson terhuyung ke depan ke arah Jeno. Lalu ia mencondongkan tubuh dan membisikkan sesuatu ke telinga Jackson. Harusnya gestur itu tampak romantis, kalau saja tidak ada seringai mengerikan di wajah Jeno. Maggie Jackson mendadak langsung pucat pasi. Jeno melepaskan cengkramannya dan Jackson langsung berlari keluar Aula Besar sambil menangis tersedu-sedu.


Seluruh murid di Aula Besar tampak terkesima dengan peristiwa barusan. Bisik-bisik masih memenuhi Aula Besar, menggumamkan spekulasi apa yang terjadi. Yang sudah pasti Maggie Jackson merundung anak-anak yang lebih muda dengan merampas milik mereka.


Aku beradu pandang dengan Haechan yang tampaknya bersusah payah menahan rasa senang dengan rencana kami yang berlangsung lancar. Kami menatap ke meja Ravenclaw dan sama-sama mengacungkan jempol untuk Sophia yang kini sudah kelihatan baik-baik saja. Tak kusangka akting Sophia ternyata luar biasa. Tapi, Chenle masih berdiri di dekatnya dengan protektif. Jeno mengerling ke arahku dan Haechan, lalu mengedipkan sebelah mata dengan tampang sok sebelum mengibaskan jubah dan kembali ke meja Slytherin. Renjun dan Jaemin juga sama-sama mengangkat ibu jari ke udara. Pesannya jelas sekali.


'Mischief managed'.


Jane mendelik dengan ekspresi garang. "Kalian berdua hutang penjelasan padaku."






---

Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang