2.6

725 154 14
                                    

Aku sudah rapi dengan jubah pesta merah tua dan rambut yang dikuncir, tapi Lauren tidak. Ia masih memakai jubah sekolah dan tidak ada tanda-tanda akan berdandan atau berganti pakaian. Aku mengurungkan niat untuk membunuh Lauren atau Haechan setelah melihat mereka berdua diomeli habis-habisan oleh Thalia Han dan mendapat detensi dari Professor Longbottom yang baik hati.


"Kau tidak ikut ke Klub Slughorn?"


Lauren menggeleng tapi wajahnya tidak muram. "Tidak. Aku harus detensi, ingat? Menggosok pispot rumah sakit tanpa sihir."


Aku mengangkat alis. "Ekspresimu tidak seperti orang yang diberi detensi," komentarku curiga.


Lauren hanya terkikik, tapi aku bisa menebak sebagian alasan itu karena ia menjalani detensi dengan Haechan. Sepanjang kami bersekolah, Lauren jarang sekali dapat detensi dan sangat menyukai pesta. Melihatnya begitu bahagia karena detensi membuatku sadar bahwa tingkatan Lauran dalam mengidolakan Haechan sepertinya sudah masuk ranah bahaya.


"Kau pacaran dengan Haechan?" tanyaku tanpa basa-basi.


"Astaga, enggak!" elak Lauren dengan tawa.


"Sejak kapan kalian dekat sampai bikin rencana mengacau bersama?"


"Kau 'kan sibuk," Lauren mengangkat tangan untuk menghentikanku yang sudah mau buka mulut, "tidak perlu minta maaf untuk itu, Jane. Memang sudah tanggung jawabmu sebagai kapten. Anggap saja aku memperluas pertemanan dengan Haechan."


Aku jadi tidak bisa protes sebab Lauren benar. Selama aku tidak sering bersamanya, harus ada yang bersama Lauren untuk menghindari memar-memar itu terjadi lagi.


"Kau sendiri dengan Jeno bagaimana? Oooh, hampir dicium si mata-yang-selalu-tersenyum," ledek Lauren menaikturunkan alis.


Aku melemparkan bantal ke wajah Lauren. "Diam! Itu 'kan gara-gara leluconmu dan Haechan."


Untung tidak ada siapa-siapa di kamar kami. Aku sudah lelah jadi bahan ledekan sepanjang pesta perayaan kemenangan di ruang rekreasi Gryffindor. Hanya Logan dan tim Quidditch saja yang memasang wajah masam.


"Tapi sungguh deh, kurasa ada sesuatu di antara kalian berdua." Lauren meneruskan dengan pandangan menerawang. "Pasangan yang pertama benar-benar pacaran setelah berciuman di lapangan Quidditch. Kalau Jackson dan Nott, semua orang juga tahu Nott naksir berat si Jackson." Lauren tertawa sampai terbungkuk-bungkuk teringat wajah merah padam Jackson. "Kamera itu memilih sendiri pasangan yang ikatannya paling kuat."


Aku menggelengkan kepala prihatin. "Kau terlalu lama menghabiskan waktu dengan wewangian Professor Trelawney, jadi otakmu terkontaminasi."


Mana ada namanya ikatan kuat antara aku dan Jeno?

Ada sih, kalau yang dimaksud Lauren sebagai ikatan itu adalah kebencian.


Aku khawatir jangan-jangan penyebab tatapan Jeno dingin selama ini adalah dendam. Aku, lebih tepatnya Gryffindor, mengalahkannnya di pertandingan final tahun lalu dan sekarang di awal musim. Tapi peduli amat dengan Jeno. Tahun ini Piala Quidditch harus tetap jadi milik Gryffindor.

Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang