2.1

1.1K 182 10
                                    

Lee Jeno membenciku.


Itu satu-satunya penjelasan yang masuk akal kenapa mata-yang-selalu-tersenyum milik Jeno selalu berubah menjadi dingin saat menatapku.


Di antara para anggota 00-line atau Marauders 2.0, Lee Jeno memang tampak dingin, tapi dia cukup ramah pada murid-murid lain. Semua orang suka padanya karena mata-yang-selalu-tersenyumnya. Aku tidak pernah melihatnya marah, tapi instingku tahu kalau dia menjadi berkali-kali lipat lebih dingin saat kami berkontak mata walaupun tanpa sengaja.


Padahal selama tujuh tahun bersekolah di Hogwarts, kami nyaris tidak pernah melakukan percakapan lebih dari dua kalimat basa-basi. Itu pun kebanyakan pertemuan kami hanya sekedar berpapasan di kelas, koridor sekolah, Aula Besar atau lapangan Quidditch. Dengan kata lain, pertemuan antara aku dan si Nyonya Gemuk jauh lebih bermakna dibanding pertemuanku dengan Lee Jeno.


"Kau bisa bikin lubang di kepala Lee Jeno kalau terus-menerus menatapnya seperti itu." Lauren Smith menyikutku dari sebelah kanan.


Aku mencibir, lalu tertawa dibuat-buat. "Ha ha ha, lucu sekali."


"Benarkah?" Mata Lauren langsung berbinar. "Apa selera humorku sudah setingkat Haechan?"


Aku menatap Lauren prihatin. "Kenapa harus Haechan sih yang jadi standar?"


"Memang kenapa? Haechan lucu kok," belanya tak terima. Anting-anting mutiaranya yang nyaris menyentuh pundak ikut bergoyang-goyang.


Ya, Haechan memang lucu—setidaknya lebih lucu daripada temannya dari Slytherin itu—tapi tetap saja menjadikan Lee Haechan sebagai standar terhadap sesuatu berarti ada yang tidak beres dengan pikiranmu. Lauren selalu menganggap apa pun yang dilakukan Haechan lucu. Ia tertawa pada semua lelucon Haechan dan menilainya sebagai sesuatu yang keren.


Lauren kelihatannya sudah lupa pada pembelaannya karena ia sibuk ikut tertawa melihat Haechan yang baru saja menyebabkan Logan Thomas, si Beater Gryffindor, berubah menjadi setengah ayam dengan bulu-bulu mencuat di tengah meja. Wow, untung Thalia Han sedang tidak di Aula Besar. Bisa-bisa poin Gryffindor dikurangi.


"Krim Ayam. Bagus untuk hadiah natal. Murah nih cuma sepuluh Knut," seru Haechan heboh lengkap dengan mengubah rambutnya seperti jambul ayam.


Kemampuan metamorphagus Haechan ada peningkatan rupanya.


Anak-anak langsung menyerbu Haechan termasuk Logan yang kini bulu-bulunya mulai rontok. Kelihatannya ia menikmati betul berubah jadi ayam barusan.


"Sudah mau pergi?" Lauren bertanya melihatku menguncir rambut cokelatku tinggi-tinggi.


"Yep, latihan Quidditch. Ada Piala yang harus dipertahankan," jawabku sambil menenteng jubah Quidditch.


Lauren mengangguk dan memberiku ciuman jauh. "Berlatihlah yang rajin dan tolong kembali dengan utuh."


"Ew, Smith. Apa itu salah satu leluconmu yang baru?"


Tawa Lauren berderai menikmati reaksi jijik dariku.


"Sampai ketemu saat makan malam." Aku kembali lagi sebelum benar-benar pergi dari meja Gryffindor—mengacungkan jari di depan hidung mancung Lauren dengan lagak memperingati. "Dan jangan beli krim apa pun buatan Haechan."


Lauren langsung cemberut sebab aku menebak dengan tepat rencana dalam pikirannya.


  ⏪🔛⏩  


an. Cerita Jeno chapternya lebih banyak dari Jaemin, parah sih bablas. awalnya mau target kelar semua member pas dream selesai promosi, tapi yasudahlah ...

-Ki.

Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang