1.4

1.2K 220 12
                                    

Mataku menyusuri Aula Besar. Berharap menemukan Jaemin. Aku harus minta maaf padanya. Satu lelucon dan satu pembalasan membuat kami jadi diam-diaman seperti ini.


Tapi yang kutemukan justru Zhong Chenle di meja Ravenclaw bersama Li Xia atau Sophia Li. Entahlah anak itu lebih suka dipanggil Sophia daripada nama China-nya.


Heran. 


Ada apa sih dengan anak Hufflepuff? 


Kenapa mereka suka sekali menganggu anak Ravenclaw?


"Oh, halo Nuna!"


Chenle dan Dreamies atau mereka-yang-namanya-disebut-lebih-dari-sepuluh-kali-sehari adalah salah satu dari minoritas keturunan Asia atau campuran Asia di Hogwarts yang memanggil orang yang lebih tua dengan embel-embel 'Nuna atau Hyung'. Sophia bahkan tidak memanggilku begitu. Oh, ya 00-Line juga bagian dari Dreamies.


Sungguh nama geng yang ... uhmm, silahkan isi sendiri.


"Halo," balasku duduk tak jauh dari Sophia yang kelihatannya sedang bersikap seolah Chenle memakai Jubah Gaib di sebelahnya. "Sedang apa? Jisung mana? Tumben enggak bareng?"


"Jisung dan Jeno-hyung latihan Quidditch. Aku mau ajak Sophia buat ikut makan malam natal tahun ini." Chenle menjawab dengan ceria membuatku merasa kasihan. Anak ini mengajak Sophia setiap tahun dan selalu ditolak. Kelihatannya tahun ini juga tidak banyak bedanya.


Aku mengangguk dan menyendok kentang tumbuk dan kaserol daging ke dalam piring. 


"Nuna ikut 'kan tahun ini?" tanya Chenle padaku karena Sophia masih pura-pura Chenla tak kasatmata.


Aku diam. 


Kuberitahu kalian sebuah rahasia.


Sebenarnya aku dan Dreamies (termasuk 00-Line dan Mark Lee yang waktu itu belum lulus) sebenarnya cukup dekat. Mereka punya semacam rasa tak tega pada kelahiran Muggle sepertiku yang buta sama sekali dengan dunia sihir. Apalagi kebetulan aku masuk asrama yang sama dengan Renjun dan berteman dengan Naomi yang merupakan teman sejak masa kanak-kanak mereka. Jadilah, aku ini semacam anggota extended mereka. 


Hampir setiap tahun aku bergabung untuk makan malam natal di Mansion Keluarga Zhong yang tersohor. Nah, sekarang kalian bisa menebak 'kan bagaimana ceritanya aku bisa naksir Mark. Itu pula alasannya kenapa Jaemin senang sekali mengangguku. Awalnya meledekku dengan rahasia umum tentang Mark, lalu sepertinya dia terkena karma dan malah balik naksir aku.


Ha ha ha.


Tahun ini aku terpaksa merayakan Natal di asrama sebab orang tuaku mendadak harus mengunjungi kakak perempuanku yang sedang hamil besar di Perancis. Lagipula memikirkan kondisiku dan Jaemin yang saat ini sedang perang dingin, sepertinya aku urung ikut makan malam natal bersama mereka. 


"Entahlah," jawabku seadanya.


"Kalau kumpul The Slug Club besok malam?" Chenle bertanya lagi.


Oh, sial! Aku lupa tentang acara itu dan tidak mungkin bolos karena nasib surat rekomendasi untuk magang di Kementerian ada di tangan Slughorn.


"Aku ikut," jawabku memikirkan aku harus pakai jubah pesta apa dan apakah aku punya kesempatan minta maaf pada Jaemin di sana.


Chenle mengangguk, lalu pergi. Mungkin menyerah sebab keceriaannya sama sekali tidak bisa melumerkan tembok es Sophia.


"Kuberi satu saran," kataku menepuk bahu Sophia sebelum beranjak menuju kelas berikutnya. "Jangan abaikan seseorang yang memperhatikanmu dengan tulus. Penyesalan datangnya di akhir."


Lalu bergidik sendiri.


Dasar!


Ngaca dong, Thalia Han!

Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang