6.7

184 37 12
                                    

"Mereka kembali ke Hogwarts?"


Mrs Park tersenyum tak enak hati. "Iya, semalam."


"Tapi, semalam kan malam Natal?" 


"Maaf, Belle. Tapi, mereka benar-benar ingin merayakan Natal di Hogwarts."


Alih-alih memberi Jisung kejutan, justru aku yang terkejut. Aku benar-benar tidak percaya kalau mereka tahu aku akan datang dan tiba-tiba menyiapkan rencana impromptu untuk merayakan Natal di Hogwarts. Hatiku mencelos kecewa setelah berusaha keras membujuk Maman dan Papa mengizinkanku ke Inggris selama liburan Natal. Padahal aku juga sudah menyiapkan sembilan kado Natal untuk Dreamies, termasuk Naomi, Thalia dan bahkan si misterius Sophia yang kukenal hanya dari surat Chenle.


Apakah Jisung benar-benar tidak ingin melihat wajahku sama sekali?


Harus kuakui semua ini dimulai hanya karena ego dan harga diriku terluka diabaikan oleh Jisung. Itu sebabnya aku mengejarnya untuk membuktikan bahwa sedingin apa pun Jisung, dia tidak akan bisa menolak pesonaku. Justru malah aku sekarang yang terjebak dengan permainanku sendiri. Semua karena ciuman Jisung membuyarkan rencanaku. Sungguh menyedihkan. 


"Hei, you look sad, Kid," ujar Johnny saat menghampiriku yang sedang duduk termangu di depan perapian. Dia sedang bebas tugas setelah misi terakhir. 


"You look terrible," balasku menunjuk bekas luka di wajah Johnny. 


Survenir jelek dari misi terakhir Auror menjelang Natal yang tidak berakhir baik. Salah satu Auror yang disupervisi Johnny bahkan harus dirawat di rumah sakit untuk luka-luka sihir, St. Mungo. Namanya Mark dan dia ternyata anggota veteran Dreamies. Kasihan sekali harus merayakan Natal di rumah sakit. Ah, ternyata masih ada yang melewatkan Natal dalam kondisi yang lebih menyedihkan daripada aku.


"Ada masalah apa?" tanya Johnny ikut duduk di sampingku. "Apa kau kecewa karena tidak bisa menemui Dreamies? Maafkan aku. Seharusnya aku tidak memberimu saran untuk datang kemari."


Aku menggeleng. "Bukan salahmu."


"Well, masih ada tahun depan. Aku yakin kau bisa bertemu Jisung lagi."


Aku mendengus yang sama sekali tidak cantik. "Buat apa aku bertemu si pipi-mochi?!" kataku gusar.


"Oh, kupikir ada sesuatu yang terjadi di antara kalian setelah ciuman itu."


"Astaga, Johnny!" teriakku malu, menyembunyikan wajah di dalam lipatan lengan. "Bagaimana kau bisa tahu?"


Johnny tertawa keras sekali. "Aku mendengar ketika Naomi bercerita pada Mark di rumah sakit. Tidak sengaja, oke? Dan aku tidak dengar banyak. Kau bisa berhenti menyembunyikan muka dengan dramatis begitu, Belle."


Tapi, aku tetap tidak mengangkat wajahku.


Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang