3.3

658 133 15
                                    

"Hai, Naomi."

"Hai, Hyunjin."


Aku tersenyum membalas sapaan Hwang Hyunjin, sesama murid kelas tujuh dari asrama Slytherin. Kami memang saling kenal karena beberapa kali duduk sebangku saat belajar di kelas Rune Kuno. Selain itu, Hyunjin juga Prefek asrama Slytherin. Teman dekatnya, Kim Seungmin juga murid Ravenclaw dan menjabat sebagai Kapten Quidditch. Mereka ini juga termasuk keluarga keturunan Asia Timur, tapi bermukim di Fruamond.


Tadi itu cuma sapaan kasual biasa saat aku berpapasan dengan Hyunjin di Aula Depan karena aku baru selesai kelas Telaah Muggle dan anak-anak Slytherin baru selesai kelas Herbologi di rumah kaca nomor tiga. Aku tidak sadar kalau Renjun tiba-tiba sudah ada di sebelahku padahal dia seharusnya ada di kelas Arithmancy. Kelas kami hari ini memang berbeda.


"Kelasmu sudah selesai?"


"Profesor Vektor melepaskan kami lebih cepat," jawab Renjun sembari menggandengku ke arah meja Ravenclaw. "Makan siang dulu. Kamu makan sedikit sekali tadi pagi, Naomi."


Ekspresi Hyunjin berubah masam dan dia menyingkir ke meja Slytherin bersama teman-temannya. Aku mengikuti Renjun dan membiarkan dia menyendok kentang tumbuk, brokoli dan steak ayam ke atas piringku.


"Makan," kata Renjun lagi meletakkan sendok ke dalam genggaman tanganku. "Apa perlu aku menyelinap ke dapur dan masak supaya kamu mau makan?"


Aku cuma bisa cemberut dan menyuapkan sesendok kentang tumbuk ke dalam mulut hanya supaya Renjun berhenti menyuruhku makan.


Kuperhatikan tidak ada Dreamies di Aula Besar, selain Jisung yang sedang makan bersama Chenle di meja Hufflepuff. Ada tumpukan surat di dekat siku kanan Jisung. Kuduga itu surat dari Belle yang tidak mau dibuka Jisung. Selain dua anak itu, hanya ada Sophia Li di meja Ravenclaw.


"Thalia mana?" tanyaku pada Renjun sebenarnya, tapi Sophia yang menjawab takut-takut.


"Dia sudah makan barusan dan kata Chenle, besok malam setelah pertandingan Quidditch akan ada kumpul Klub Slug."


"Oh, trims infonya, Soph," kataku ramah.


Sophia mengangguk, lalu bangkit dan pergi dari meja Ravenclaw. Meskipun Sophia sudah sering diajak Chenle ikut bersama kami, dia masih merasa canggung. Sophia tidak bersikap dingin, tapi dia seakan punya benteng es yang sulit ditembus.


Mataku mengawasi kepergian Sophia, lalu menghela napas. "Taruhan, Chenle pasti menghabiskan makan siang dengan mengajaknya ke Klub Slug."


"Sophia bukan anggota klub. Dia tidak akan mau ikut," sahut Renjun membetulkan posisi kacamata yang melorot di hidung.


"Kasihan Chenle," desahku. "Kapan Sophia akan membuka hati? Apa menurutmu aku perlu bicara dengan Sophia?"


"Nggak usah," sahut Renjun cepat. "Biar Chenle yang urus sendiri.


Dear DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang