Merepotkan!

229 37 1
                                    

3Am

Sedetikpun Jiyong tidak melonggarkan rengkuhan hangatnya pada tubuh Dara, tubuh yang sudah hampir empat puluh menit beristirahat dengan nyaman dalam dekapannya, Jiyong juga enggan untuk bergerak saat ini. Dara yang histeris karena gelap sudah ditangani dengan baik oleh pria yang kini bergerak pelan untuk membaringkan tubuh ringan Dara dengan nyaman.

Perlahan tubuh mungil itu terbaring di atas kasur lantai yang berada di tengah ruangan, setelah berhasil menyimpan tubuh Dara, Jiyong memutuskan untuk duduk disisi ranjang. Lalu Pria itu duduk dan menyandar pada dinding dengan pandangan yang masih enggan untuk berpaling dari gadis dihadapannya. Pikiran Jiyong mulai berkelana soal bagaimana reaksi Anxiety yang ditunjukkan Dara dan Jenny bisa sama persis saat menghadapi ketakutan pada gelap, dan Jiyong baru sadar jika keduanya sama-sama memiliki kecemasan dan reaksi serupa, Astaga!



4.30Am

Sandara yang terjaga dan baru membuka kelopak mata seketika tersentak, tubuh mungilnya terlonjak akibad pemandangan yang tersuguh di sebrang posisinya kini. Jiyong yang terlelap dalam keadaan duduk dengan kedua tangan tersimpul di depan perut membuat Dara otomatis memperhatikan pria itu sepersikan detik, sepersekian detik yang kemudian mampu menumbuhkan rasa bersalah di benak Dara. Sandara ingat betul kejadian beberapa jam lalu yang akhirnya membuat Jiyong harus berakhir seperti ini, kini hatinya berderu merasakan bagaimana perlakukan Jiyong yang membantunya.

Hidung bangir semerah tomat dengan cairan bening yang sedikit merembes membuat Dara tergerak untuk menaruh selimut tebal di atas tubuh Jiyong, dengan gerakan sangat lembut gadis itu berhasil menghangatkan tubuh Jiyong menggunakan selimut tebal. "Terimakasih banyak." Jari Dara seakan tidak canggung untuk mengusap hidung Jiyong yang berair, membersihkan bagian tersebut dengan sangat hati-hati. Dia begitu sensitive dengan udara dingin, batin Dara dengan pandangan prihatin kearah pria dihadapannya.

Dara memutuskan untuk pergi ke dapur setelah memastikan Jiyong terlelap dengan posisi nyaman, meskipun masih dengan keadaan duduk. Bukan apa, sepertinya jika ia membaringkan tubuh pria itu, Jiyong akan terjaga. Ingatan jelas akan bagaimana sensitive-nya Jiyong masih terngiang jelas dalam benak Dara.

Memeriksa lemari pendingin untuk melihat bahan makanan apa saja yang dapat di olah untuk saat ini adalah kegiatan pertama yang dilakukan Dara. Dan saat ini gadis itu hanya menemukan daging cincang, sayuran beku dan juga beberapa buah. Apa yang bisa di olah dengan bahan-bahan ini, pikir Dara. Sembari berfikir tentang hidangan apa yang akan ia sajikan untuk sarapan kali ini, Dara masih berusaha mencari sesuatu di dalam lemari gantung yang berada di hadapanya, dan ? Bingo! Ada satu kemasan utuh pasta, jika tidak salah ini kemasan 1kg. Ini lebih dari cukup untuk sarapan mereka pagi ini, baik Dara mari eksekusi bahan-bahan tersebut.

Sekitar setengah jam setelah Dara menemukan bahan-bahan untuk dijadikan santapan pagi, semerbak bau harum mengudara bebas memenuhi setiap sudut bilik yang berada di rumah ini. Saat Dara mulai menata hidangan di atas piring-piring yang sudah berjajar rapi di atas meja makan, seseorang dengan langkah ringan masuk ke dapur dan berseru riang. "Bau ini memancingku untuk bangun." Katanya sembari mendekati Dara.

"Seungri Oppa." Dara hanya menoleh sebentar lalu kembali menata makananya.

"Ini masih terlalu pagi Dara." Kata Seungri yang kemudian menyimpan tubuh di salah satu kursi yang mengitari meja makan.

"Aku harus pergi ke Bandara pagi ini , dan sepertinya kalian butuh sarapan lebih awal karena udara dingin disini."

"Woah, Kau sangat perhatian pada kami—" Seungri menjeda sebentar kalimatnya sebelum kembali berceloteh ria. "Apa yang kalian lakukan tadi pagi ?" Seringai pria itu otomatis muncul saat Dara menatapnya dengan dahi berkerut.

Light in the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang