12.30Pm
Kwon Jiyong baru saja menandatangi berkas terakhir untuk sesi siang ini, lenganya otomatis terkulai lemas sesaat setelah meletakan pena kesembarang arah. Setelahnya Ia melirik jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya, sudah siang. Pikirnya.
"Ji, kau tau dimana Top Hyung?" Youngbae yang ntah sejak kapan duduk di sofa tamu mulai berbicara.
Jiyong yang baru saja meregangkan otot lehernya tiba-tiba terkesiap, manik pria itu menajam dan helaan nafas kasar terdengar setelahnya. Ia teringat sesuatu.
"Aku harus memastikan laporan hari ini." Lanjut Youngbae yang merasa masih belum mendapat jawaban dari Jiyong.
"Aku harus pergi sekarang, kau bisa kirim update ke email-ku? Aku kembali besok siang." Jiyong tetaplah Jiyong, pria yang tidak bisa menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tepat.
Dahi Youngbae terlipat sempurna, boss sialannya itu slalu saja sukses membuatnya bertanya-tanya. "Aku butuh Top Hyung Ji, bukan tentangmu." Ungkap Youngbae malas.
Jiyong tidak menggubris, pria itu lebih memilih untuk sibuk membereskan barang miliknya dengan gerakan yang tergesa-gesa, ntah apa yang membuatnya seperti akan tertinggal kereta.
"Ada apa denganmu?" Gumam Youngbae jengah.
"Top Hyung akan kembali nanti sore." Jiyong akhirnya bersuara setelah selesai memasukan map dan juga tab ke dalam tas.
"Kau akan pergi sekarang?"
"Hm."
"Kau pasti melupakan sesuatu."
"Aku pergi."
"Yaaaa." Youngbae hanya mengangguk paham sembari mengamati Jiyong yang berjalan dengan langkah lebar dan cepat, ntah mengapa dia begitu tergesa-gesa.
Sebanding dengan langkah cepatnya, dalam hati, pria itu juga tidak berhenti untuk memaki kebodohanya hari ini. Bagaimana bisa ia lupa jika Top meminjam apartemen miliknya hari ini dan ia dengan polosnya memerintah Dara untuk menunggunya disana. Youngbae benar, ia melupakan sesuatu.
Jiyong yakin keduanya tidak akan macam-macam jika bertemu, hanya saja bukan itu yang ia kwatirkan saat ini, kebiasaan unik Top-lah yang ia kwatirkan akan membuat Dara tidak nyaman. Habit pria jakung itu sedikit aneh, seperti bertelanjang dada, minum saat siang hari hingga tidak sadar dan masih banyak lagi. Jika bukan karena kebodohanya, mungkin perasaan kwatir itu tidak akan menyusup begitu saja. Kebiasaan Top adalah masalahnya. Sial.
.
.
.
Sepatu pantofel hitam mengkilap berjalan cepat di atas lantai, hak yang tidak tinggi beradu langsung dengan ubin yang dingin, menimbulkan irama yang terdengar tergesa. Langkah Jiyong semakin lebar setelah pintu apartemen miliknya terlihat, ia harus cepat memberitahu Top atau siapapun yang datang lebih dulu. Ia sangat berharap bahwa keduanya belum berjumpa.
Tanpa basa-basi, Jiyong menekan kombinasi angka yang sudah sangat ia hafal. Setelah bunyi bip, ia mendorong pintu dengan kasar. Alangkah terkejutnya pria itu saat pemandangan yang tidak pernah terlintas dalam benaknya, sedang ia saksikan sekarang.
Tubuh Jiyong membeku saat manik kelamnya menatap dua orang yang tengah berinteraksi dengan baik, selayaknya seseorang yang sudah lama mengenal, ditambah ekpresi Dara dan Top yang sangat mirip saat Jiyong datang. Apa ini kebodohan lain dari seorang Kwon Jiyong?. Ia bahkan mengkwatirkan dua orang yang menatapnya jengah. Bolehkan dia mengumpat sekarang.
"Jiyong."
Hanya kata itu yang tertangkap pendengaran Jiyong, selebihnya dua insan manusia tersebut kembali sibuk mengobrol. Sungguh ini kesalahan besar untukmu Jiyong!
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in the Darkness
FanfictionTuhan itu siapa? - Kwon Jiyong Kau kira siapa yang memberimu nafas? - Sandara Park #Daragon