Nyeri meradang di bagian bawah tubuh Dara, membuat sang empu meringis tipis kala tubuh harus segara Ia loloskan dari dekap tangan erat milik Jiyong. Gerakan pelan semakin membuat tubuhnya terasa remuk, pegal dan perih bak percampuran sempurna yang menyambut paginya. Jiyong benar-benar menghajarnya tanpa ampun meski pria itu tau ini kali pertama bagi mereka. Mengingatnya saja membuat pipi Dara kembali bersemu merah, malu namun manis.
Grep.
Gagal! Tubuh yang hampir lolos dengan susah payah, kembali direngkuh erat, ceruk leher yang kembali dijadikan tempat sembunyi oleh Jiyong yang memeluk Dara dari belakang.
"Kemana? Ini masih pagi." Hanya dengan suara yang sangat serak saja berhasil membuat jantung Dara berdetak cepat, hatinya luluh lanta tak terkira di pagi hari.Suara serak milik Jiyong bak nyanyian merdu yang mampu merayu Dara, tubuh mungil itu terdiam sekalipun otak terus menghardik, meminta gadis itu segera terjaga sebab jadwal hari ini cukup padat. Jatuh cinta memang boomerang menakutkan bagi siapapun yang mengalaminya.
"Ji, aku harus berangkat lebih awal." Ranum berusaha bersuara sekalipun hati rasanya enggan merelakan moment ini.
"Aku bangun dulu, ya?" Mencoba meminta izin meski Jiyong semakin mengusal kasar, seolah menolak izin Dara.
"Ambil izin untuk hari ini, aku tidak akan mengizinkan kamu pergi." Berhasil membuat pipi Dara panas, 'Kamu' jadi kata penuh candu ketika itu keluar dari ranum Kwon Jiyong.
Dara memejam pelan. Ntah sejak kapan, adu rayu menjadi salah satu cara agar pria ini sedikit bisa dikendalikan olehnya. Ia membalikan badan pelan, sekalipun tubuh rasanya harus dihajar oleh rasa perih.
"Hanya sampai jam sebelas pagi, nanti aku mampir ke kantor, ya?" Rayuan itu coba ia katakan dengan pelan, sembari mengusap pipi Jiyong hangat.
Bibir penuh Jiyong mencebik gemas meski matanya masih enggan membuka. "Apa Lee Donghae lebih penting dari suamimu, baby?" Sukses membuat Dara tertegun, ini kali pertama pria ini menyinggung nama sang profesor dihadapanya. Dara jelas menggeleng tegas.
"Of course no! Aku kesana bukan untuk Lee Donghae, beberapa rekam medis harus kuselesaikan sebelum ujian minggu ini." Ia singkirkan mahkota yang jatuh di dahi Jiyong lalu mengecup kening itu singkat, mengabaikan semua rasa malu yang mencapai ubun-ubun. Sejujurnya Dara ingin kabur saja setelah adegan memabukan tadi malam, namun apa daya, tubuhnya bak jelly setelah Jiyong mengajaknya terbang bersama.
Manik itu perlahan terlihat, teduh ketika menatap Hazel Dara. Bibirnya tertarik pelan, membentuk seulas senyum hangat. "Oke, pulangnya harus mampir ke kantor!" Dara mengangguk antusias setelah Jiyong bersuara.
Kekehan kecil lolos dari ranum Jiyong, ntah kenapa Ia sangat suka melihat Dara seperti ini. Fakta bahwa Ia berhasil membuat gadis ini menjadi seorang wanita membuat Jiyong bahagia tak terkira. "Disini saja ya, jangan pergi kuliah atau kerja." Anganya lolos menjadi kata, membuat Dara bergidik tak suka. Jiyong ada-ada saja dengan celotehanya.
Hening. Jiyong memilih mendekap kembali wanitanya sementara Dara sibuk menikmati hangat tubuh Jiyong. Hanyut dalam pikiran masing-masing.
"Baby." Jiyong lebih dulu mengambil atensi Dara, gadis itu mendongak untuk menatapnya hangat."Badanmu pasti terasa remuk, maaf karena lepas kendali."
Blush.
Semburat merah kembali mampir di pipi Dara. Kenapa Jiyong kembali menyinggung hal itu, meski Dara paham konteks Jiyong adalah meminta maaf. Namun tetap saja, Ia sensitif soal adegan tadi malam. Haha. Wajah kembali Ia sembunyikan dalam dada bidang Jiyong, lalu bergumam. "Berhenti membahasnya, aku malu."
"Sudah terlambat untuk mengaku malu, baby. Aku melihat semuanya, tadi malam. Bahkan bajumu masih ada di lantai saat ini." Jiyong sangat bersemangat untuk menggoda Dara. Hobi barunya saat ini membuat gadis, ah ralat. Wanita ini kelimpungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in the Darkness
FanfictionTuhan itu siapa? - Kwon Jiyong Kau kira siapa yang memberimu nafas? - Sandara Park #Daragon