11.25Pm
“Kau gila Dee?..”
Bom tidak henti-hentinya meruntuki gadis mungil yang tengah meringkuk dibalik selimut tebal di atas ranjang kecil itu.
Dara tengah menikmati rasa sakit akibad pertemuan rindunya dengan cafein, pertemuan yang nyatanya menyakitinya.
“Hei, aku menghubungimu tidak untuk ini” elaknya dengan suara yang lemah, gadis itu tengah menahan rasa perih di perutnya.
Sekitar setengah jam yang lalu Bom datang ke butik milik Dara, tentunya setelah Dara menghubungi dan mengabari jika magnya tengah kambuh, Bom yang sangat kwatir segera buru-buru menghampiri gadis ceroboh itu, tanpa memperdulikan bagaimana dandananya sekarang, hanya setelan piyama pendek yang menjadi kostumnya saat ini.
“Apa jadinya jika pria itu tidak mengantarmu ha? Kenapa kau sangat bodoh Darong. Kau tau perutmu sudah antipati dengan cafein tapi kau malah meminumnya” Bom belum puas untuk memaki kecerobohan Dara.
Bom sedikit bersyukur karna Jiyong yang dimaksud Dara sudah dengan baik hati mengantar sahabatnya itu hingga depan pintu butik, apa jadinya jika pria itu tidak peduli, ah setidaknya ia memiliki niai lebih di mata Bom sekarang “Ibumu tau?” lanjutnya.
Dara menggeleng pelan “Aku bilang kau sedang ingin menginap di butik jadi aku tidak pulang”
Bom mengangguk paham, kali ini ia setuju dengan alasan Dara, ia juga tidak masalah dengan Dara yang menggunakan dirinya sebagai alasan, tidak mungkin memberitahu Kyung Ran jika putrinya yang bodoh itu tengah kesakitan karena kecerobohannya sendiri, lagipula Bom juga paham tentang kondisi Kyung Ran yang baru saja stabil.
“Jo Won bersamannya kan?”
“Hm, dia akan kembali besok malam. Mereka ada di apartemenku sekarang.”
Meskipun tinggal bersama dengan Kyung Ran, namun Dara juga memiliki apartemen di daerah Gangnam, tempatnya tidak jauh dari butik miliknya, apartemen yang slalu ia jadikan tempat singgah ketika jadwal kuliahnya padat, Kyung Ran sendiri lebih memilih tinggal di Busan, kota yang jauh dari hiruk pikuk keramaian Seoul.
“Ibu meminta pulang ke Busan besok” kata Dara lagi yang ditanggapi anggukan paham oleh Bom.
“Kau sudah minum obat kan?” Bom kembali memastikan sahabat bodohnya itu, ia yang sedari tadi berdiri mulai duduk di tepian ranjang, membenahi selimut agar menutupi tubuh Dara.
“Sudah, ini lebih baik”
“Kau ingin makan lagi?”
“Tidak”
“Tidurlah, biar aku kunci butik dulu” pamit Bom.
“Hm...”
*
*
*“Iya, aku akan ke rumah bibi Gi siang ini” Dara terdiam sejenak untuk sekedar mengamati Bom yang tengah sibuk menata sarapan di meja yang tidak jauh dari tempatnya duduk itu.
“Ibu tenang saja” lanjut gadis itu mencoba meyakinkan sang Ibu.
“Sudah” kode Bom dengan suara lirihnya namun masih sanggup Dara dengar.
“Iya Bom masih ada disini, dia menyiapkan sarapan” Seru Dara yang mulai beranjak dari sofa panjang miliknya, ia berjalan menuju meja kecil yang tidak jauh dari tempatnya.
Lantai empat butik milik Dara memang di design khusus sebagai ruangan serba guna, tidak begitu luas namun tata ruang yang Dara aplikasikan begitu tepat hingga ruangan itu nampak multi fungsi, ruangan yang di set khusus untuk istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in the Darkness
FanfictionTuhan itu siapa? - Kwon Jiyong Kau kira siapa yang memberimu nafas? - Sandara Park #Daragon