8Am
Lembar A4 berisi laporan milik Seungri hampir hancur dalam cengraman Seunghyun, untung sang pemilik kertas tanggap untuk mengambil kembali laporanya, sebelum tulisan itu tak lagi bisa dibaca. "Cukup, Hyung!" Protes Seungri setelah berhasil merebut kertas miliknya. Sejujurnya ia tau mengapa Seunghyun bereaksi demikian, iapun sama namun memilih mengabaikan perasaannya.
"Bagaimana menurutmu?" Tubuh tegap Seunghyun menyerah untuk berdiri dan melesak begitu saja di sofa panjang dalam ruangan ini.
Seungri ikut bergabung disebelah Seunghyun sebelum menjawab pria itu. "Menolong Mino adalah prioritas utama, lagipula aku masih akan menyelidiki ini lagi." Disimpanya kertas yang hampir kehilangan bentuk itu di atas meja.
Kertas dengan biodata lengkap Kiko Mizuhara itu membuat tatapan Seunghyun menjadi sinis dengan wajah tegas menahan geram. "Jika Jiyong masih saja bodoh, ini akan jadi sumber masalah baru." Sarkasnya membuat Seungri mengangguk setuju.
"Kau akan membahas ini Hyung?"
Seunghyun menggeleng tegas tanpa segan. "Tidak untuk sekarang." Ia memalingkan wajah untuk menatap Seungri yang sepertinya juga sedang pening sekarang. "Wanita itu tidak akan menyentuh Jiyong lagi selama aksinya tidak menemukan jalan buntu dan selama itu juga aku akan membuat Jiyong sadar dengan dirinya sendiri." Seunghyun yang sangat yakin dengan ucapanya membuat Seungri sedikit ngeri, kecurigaanya soal Seunghyun yang lebih paham mengenai kejadian empat tahun lalu sepertinya sedikit menemukan titik temu.
"Kau lebih banyak tau." Sindirnya serius.
Seungri tidak akan mempermasalahkan soal Hyung yang satu ini lebih mengerti apa yang tidak ia ketahuilah, ia mendukung Seunghyun sepenuhnya meskipun cara pria itu terkadang aneh dimatanya, selama itu tidak menghianati Jiyong dan keluarganya, Seungri akan menghormati Seunghyun dengan kegilaanya.
Choi Seunghyun hanya mengangguk samar lalu kembali bicara dengan Seungri. "Kenapa kau menyelidiki ulang?" Seungri jelas berdecih ringan dengan mata memejam.
"Setelah dua kebetulan yang ada, bukankah aku sangat bodoh jika tidak menyelidiki lagi."
"Hm, siapa yang tau tentang ini?"
"Hanya kita, Hyung. Atau mungkin--" Ia menoleh cepat pada Seunghyun dengan tatapan penuh selidik. "Kau juga menyelidiki ini dengan orang lain." Sorotnya menjadi was-was menatap Seunghyun namun yang ditatap hanya menyipitkan mata lalu memitak kepala Seungri gemas.
"Sembarangan!" Deliknya dengan tegas.
Lalu obrolan serius itu berubah menjadi obrolan random antar keduanya, dimulai dengan keluhan Seungri soal kasus Mino dan ditanggapi Seunghyun dengan seambrek analisis dari pria tampan itu. Mereka hanyut dalam obrolan cukup lama saat tiba-tiba keduanya saling melempar pandang sebelum sama-sama bungkam sebab derap langkah semakin terdengar, mereka was-was hingga akhirnya.Brakkk
Seungri memutar mata bosan sementara Seunghyun hanya menghela nafas jengah, suara benda yang terbuang kasar tak lagi membuat keduanya buncah melainkan jengah, sebab itu bukan kali pertama atau kedua melainkan sudah berulang-ulang oleh orang yang sama, orang yang sempat mereka bicarakan sebelumnya.
"Kenapa?" Seunghyun lebih dulu bersuara sembari menyergap kertas diatas meja dan menyimpanya asal dalam saku jas.
"Bukankah meeting dua jam lagi?" Suara Seungri menyusul setelah memastikan hanya sebuah berkas dalam map yang sengaja dibuang asal dilantai, sejujurnya ia mengira itu sebuah IPad jadi ia memastikanya lebih dulu.
Jiyong tak menyahut dan memilih melenggang untuk menyimpan tubuh di sofa yang bersebrangan dengan keduanya. Kembali menyesap rokok dengan nikmat memancing decak kesal Seungri. Lain Seungri, Seunghyun tak ambil pusing dengan kelakuan Jiyong, terlalu hafal hingga membuatnya biasa saja, bahkan ia memilih untuk ikut menikmati rokok pertamanya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in the Darkness
FanfictionTuhan itu siapa? - Kwon Jiyong Kau kira siapa yang memberimu nafas? - Sandara Park #Daragon