Nightmare

204 30 10
                                    

Rasa bosan hampir menikam habis Dara jika Mino tak tiba-tiba muncul dengan dua cone ice cream rasa coklat yang salah satunya disodorkan untuknya. "Hampir mati bosan?" Kata Mino bercanda.

Dara mengalihkan penuh atensi yang ia punya sembari menerima cone ice cream dengan senyum lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dara mengalihkan penuh atensi yang ia punya sembari menerima cone ice cream dengan senyum lebar. "Kalian mengurungku." Keluhnya sedikit kesal.

"Mengurungmu disini lebih aman ketimbang membawamu ke dalam." Dagunya menunjuk sebuah pintu besar yang berada tidak jauh dari posisi mobil ini.

Dara hanya mengangguk kecil, tak berniat menanggapi Mino karena Ia tau alasan mengapa mereka harus meninggalkanya sendirian di dalam mobil ini bersama beberapa orang asing yang berjaga di sekitar mobil. "Terimakasih ice creamnya." Ia berseru tulus membuat Mino mengangguk sembari menikmati ice cream.

Flashback On

Jiyong tak berhenti mengusal kasar diceruk leher Dara membuat sang empu terpaksa terjaga dengan lenguhan kecil. "Hei." Sedikit panik sebab kening pria ini sudah banjir dengan peluh dan matanya enggan membuka.

"Ji, hei." Dara terpaksa memundurkan tubuh dan sedikit terjaga dengan menahan tubuh mungilnya menggunakan siku meskipun kesadaran belum terkumpul sepenuhnya, menghindari pria yang berusaha menyembunyikan diri kearahnya.

"Bangun." Bisiknya pelan dengan tangan menyentuh pipi Jiyong lembut. Namun tak ada jawaban, Jiyong masih bergerak gelisah, mencari sesuatu untuk ia desak guna menyembunyikan tubuh tegapnya.

"Wake up, Kwon." Dara tak kehabisan cara, ia bingkai wajah itu cukup erat lalu menepuk pipi Jiyong pelan, sesekali mengusap kening basah  Jiyong, berusaha membuat pria itu terjaga ditengah mimpi buruknya.

"Kwon Jiyong."

"Hei."

Manik elang itu mengercap terpaksa disusul nafas tersengal dan keringat semakin tak karuan. Jiyong terjaga dengan tubuh sedikit kacau. "Baby." Suaranya sangat serak ketika menyapa Dara yang terlihat cemas menatapnya.

Dara mengabaikan panggilan Jiyong, Ia lebih memilih merengkuh tubuh setengah bergetar itu erat. "Atur nafas hm, tenang!" Bisiknya sembari menahan tubuh Jiyong dalam dekapanya.

Sunyi menghampiri kala Dara memilih menenangkan Jiyong alih-alih bertanya banyak hal pada pria itu. Ia masih mendekap Jiyong, sesekali jemarinya mengusap kepala dan tekuk leher pria itu lembut. Sedangkan yang ditenangkan semakin menenggelamkan kepala diceruk leher Dara dengan mata terpejam sembari mengatur nafas.

Hampir sepuluh menit berlalu kala Dara merasa jika nafas pria ini lebih tenang, Ia menghentikan aksinya lalu berbisik. "Minum dulu ya?"

Jiyong menggeleng kecil membuat Dara melirik jam digital dikamar mereka, masih jam 3 pagi. "Sebentar saja hm? Nanti tidur lagi." Dara masih membujuk anak besarnya ini dengan sabar.

"Kwon." Dara tak segan menghindari tubuh Jiyong pelan agar pria itu menurut. Kini ia sudah duduk bersila ditengah ranjang, menatap Jiyong yang masih berbaring enggan mengiyakan titahnya. "Aku ambil minum dulu." Dara akan beranjak saat tangan mungilnya dipegang erat oleh Jiyong.

Light in the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang