Sembilu malam itu, nyaris merenggut semesta Jiyong. Tabiat dunia yang sering membuat pening kepala, tak ubahnya menjadi pelajaran berharga, bahwa Kwon Jiyong semakin memahami, jika gadisnya tak lebih tangguh dari apa yang terlihat oleh netra. Dara itu rapuh, serapuhnya jiwa yang slalu di hantam badai kehidupan, di kikis habis oleh dunia yang suka bercanda. Dan kelemahan gadis itu hanya rilis di tempatnya pulang. Tempat yang satu minggu lalu di ambil paksa oleh semesta dan mulai di gantikan olehnya.
Petang itu, di tengah badai hujan. Jiyong menawarkan diri sebagai rumah baru untuk pulang, dan gadisnya mengindahkan tanpa pikir panjang.
Sore ini, bersama dengan lembayung senja yang tertoreh indah di cakrawala. Jiyong melajukan mobilnya, membaur jadi satu di jalanan yang ramai. Seusai menjemput sang pujaan yang tengah duduk manis di sebelah. Si cantik yang sedari tadi sibuk memainkan jemarinya yang menganggur.
"Aku ngga mau pulang dulu, Ji." Sukses membuat sang empu menoleh, menggangguk saja meski belum tau apa rencana Dara.
"Mau kemana, baby?"
"Antar ke Gereja." Hazel itu bergulir, memastikan yang lebih tua baik-baik saja soal pernyataanya.
"Oke." Sepatah yang di balas Dara dengan kecupan ringan di punggung tangan sang pria.
Belum ada perubahan dari pria ini, masih apatis soal kepercayaan yang barang kali masih membuat tak yakin. Perihal hubungan mahluk dan Tuhan, Dara tak berhak menghakimi. Jadi, selama ini. Gadis itu hanya berusaha merangkul, lewat ritual memuja Tuhan yang tak pernah Ia lewatkan, barang kali hati Jiyong sedikit terketuk, sedikit memberi atensi dari kebiasaan yang Dara lakukan."Kamu mau makan apa malam ini?"
Jiyong membawa punggung tangan sang gadis untuk Ia kecup singkat sebelum menjawab."Shrimp spaghetti."
"Sure, nanti beli udang dulu, ya. Sepertinya di kulkas habis.".
.Shrimp spaghetti yang di inginkan Jiyong, menjelma menjadi ber kotak-kotak hidangan manis. Tersusun rapi di atas meja, membuat satu gadis kembali mengulum senyum geli setelah mengingat betapa random prianya.
Sesaat lalu, ketika Dara kembali ke dalam mobil seusai menjalankan ibadah. Jiyong menyapa dengan riuh, merengek ingin membeli hidangan manis alih-alih berbelanja bahan untuk membuat shrimp spaghetti. Secuil random yang sempat membuat Dara keheranan, sebab pria itu bukan pecinta makanan manis, seperti dirinya.Namun, secuil itu ternyata berlanjut. Jiyong kembali berulah. Tanpa sepengetahuan Dara, pria tersebut menghubungi Shin, meminta sang penjaga rumah untuk mendirikan sebuah tenda di halaman belakang, pikirnya ingin ber-camping. Dan, here we go!
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in the Darkness
FanfictionTuhan itu siapa? - Kwon Jiyong Kau kira siapa yang memberimu nafas? - Sandara Park #Daragon