Hurt, Ji!

181 30 8
                                    

Incheon -  Jeju - Incheon - Chitose berhasil merubah wajah cantik itu menjadi sayu. Hazel itu tak lagi cerah sekalipun berusaha berbinar saat seorang remaja berhambur memeluknya erat. "Ish, kau sakit?" Tebak Jo Won memeluk sang Nona. Dara hanya menggeleng pelan sembari menyembunyikan wajah di dada Woonie, bocah itu jauh lebih tinggi darinya sekarang.

"Kenapa kau tetap menjemputku?" Protes Dara setelah melepaskan diri lalu memandang Jo Won yang jalan mendahuluinya.

"Kenapa apanya? Jangan mengomel, ayo beli makan dulu sebelum ke rumah sakit." Ajaknya tanpa mempedulikan Dara yang sedikit mendumel di belakangnya.



.
.

Langkahnya kembali ringan tak kala pria baya itu tersenyum hangat sembari merentangkan tangan, menyambut tubuh mungil yang berhambur cepat. "Sayang." Suara penuh kasih itu berhasil membuat hati Dara menghangat dan tubuhnya tak segan untuk semakin bersembunyi di dada Hyun Bin.

"Aku takut." Parau Dara teredam dada Hyun Bin, gadis itu berusaha mengisi kembali energinya setelah seharian penuh dikuras oleh emosi.

"Apa yang kau takutkan em?" Bisik Hyun Bin membelai lembut surai Dara.

"Manja sekali em." Cibir Woonie yang kebetulan baru kembali dari kamar mandi.

"Kau juga sama." Balas Kyung Ran membuat bocah itu mendesis.

"Grandpa tiba-tiba sakit." Masih dalam dekapan sang kakek gadis itu berbicara.

"Grandpa baik-baik saja sayang, lihat, kau bahkan lupa menyapa Ibu dan Granny." Tambah Hyun Bin menenangkan Dara.

Kyung Ran hanya terkekeh pelan sementara Mi Rae hanya menggeleng kecil dari sofa panjang di ruangan ini, mereka cukup memahami Dara. "Kau kesini sendirian?" Seru Mi Rae membuat Dara terhenyak sesaat. Oke Dara, waktunya memasang topeng.

"Iya, Jiyong sedang ada meeting di Jeju." Dustanya sembari menyimpan tubuh dikursi samping ranjang Hyun Bin.

Granny hanya mengangguk saja. "Ayo makan dulu, Dee." Pintanya membuat gadis itu seketika beranjak menuju sofa.

"Grandpa sudah makan?" Hazel itu kembali menatap Hyun Bin perhatian.

"Sudah, kau makan saja. Grandpa sedikit mengantuk karena minum obat."

"Ini ponsel siapa?" Woonie mengintruksi setelah mendapati sebuah ponsel tak sempurna tergeletak di atas nakas, sedang di charger.

Dara melirik bocah itu malas, tidak disini tidak di Korea, ia slalu di roasting karena ponsel. "Ponselku, tidak sengaja jatuh." Ucapnya tidak terlalu peduli membuat Woonie terkekeh saja.

"Sudah mengabari Jiyong kalo sudah sampai sini?" Kyung Ran mengusap pelan kepala Dara, gadis itu itu menoleh lalu mengangguk disela mengunyah makananya.

"Jo, jadi beli laptop?" Tanya Mi Rae masih mengamati Dara. Yang ditanya hanya mengangguk mengiyakan seraya sibuk menghabiskan kentang goreng.

"Sekalian beli ponsel baru untuk Dee, nanti Granny transfer uangnya." Pernyataan Mi Rae berhasil membuat Dara menoleh lalu buru-buru mengibaskan tangan.

"Ponselku masih berfungsi." Kata Dara serius.

"Memang, tapi tidak nyaman digunakan."
Mi Rae menambahi dengan nada sedikit serius.

"Thank you so much, Granny." Dara kemudian memeluk tubuh setengah renta itu. "Jiyong juga sudah membelikanku, aku saja yang belum mau memakainya." Jelas Dara agar Grannynya itu mengerti.

Kyung Ran tersenyum hangat mendengar penjelasan Dara, Woonie sendiri nampak tersentuh namun memilih menyembunyikan perasaannya, sedangkan Hyun Bin terkekeh dengan komentarnya. "Jiyong benar-benar idaman."

Light in the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang