Masalah Baru.

286 41 5
                                    

"SANDARA! BOCAH ITU YANG TERNYATA KAU PILIH, AKU BAHKAN LEBIH DARINYA, AKU BAHKAN TAU SGALANYA TENTANGMU!"

Dara otomatis menoleh saat mendengar namanya disebut, saat ia memastikan siapa pelakunya ia tercengang, bukankah itu salah satu wanita yang menyapa Jiyong dengan berlebihan tadi. Mengapa ?

"Ahreum, sebaiknya kita pulang." Daum sang adik mengguncang Pundak kakaknya pelan, berusaha menyadarkan wanita itu dari perbuatannya. Namun apalah arti tepukan Pundak bagi seseorang yang sudah hilang kesadaran. Kesadaran wanita itu sudah direnggut sepenuhnya oleh alcohol.

Disisi lain Dara langsung memalingkan wajahnya, gadis itu berusaha mengantispasi lirikan beberapa teman Jiyong dengan bersikap seolah sedang tidak terjadi apa-apa, untung saja disaat bersamaan ada panggilan masuk dari sang adik, Jo Won.

"Adikku menelpon, aku keluar sebentar." Lirih Dara pada Soo Joo dan juga Yoon yang ternyata sedang menangkap basah dirinya. Pandangan mereka bertiga semapat bertemu dan Dara segera berpaling.

Yoon mengangguk sementara Soo Joo ikut berdiri di samping Dara, "Aku antar keluar."

Dara mengiyakan tawaran Soo Joo, lagipula ia tidak tau seluk beluk tempat ini.

Setidaknya panggilan Jo Won memberi Dara alasan tepat untuk menepi sejenak, bertahan di dalam ruangan itu tidak akan menepatkannya di situasi yang lebih baik, meskipun dia yakin bahwa keluar-pun tidak akan menjanjikan sesuatu yang baik pula. Haha, bukankah hidup slalu memberikan pilihan yang semacam ini.

"Belum, ada apa ?" Sapa Dara pada Jo Won yang berada disebrang panggilan itu.

"Kau juga masih di luar, mungkin ibu sudah tidur."

"Mark ? Oke langsung kembali setelah selesai, Ibu bersama Min."

"Iya Jo Wonnie..---"

Perginya Dara dan Soo Joo membuat keadaan di dalam ruangan semakin runyam, Ahreum bertambah tidak karu-karuan. Wanita itu tidak bisa mengkotrol semua racauan yang keluar dari bibirnya, semua hal yang ia bicarakan mengarah pada perasaanya dengan Jiyong, rasa kesalnya karena pria itu menikah dengan wanita lain yang menurut Ahreum tidak pantas bagi Jiyong.

"Ahn, lebih baik kau pulang." Yoon yang dari tadi hanya diam mulai menghampiri Ahreum dan berdiri di sebelahnya.

"Kau tidak tau perasaanku Eonni, bagaimana kau tau! kau saja mendukung wanita itu." Sahut Ahreum mendelik kearah Yoon.

"Kau tau Ji? Aku menunggumu selama ini, berharap ada secelah ruang yang bisa aku isi." Ahreum kembali pada Jiyong, menatap pria yang dari tadi hanya diam mendengarkan. "Kau bahkan tidak bisa mengartikan sikapku padamu!" Ia memaki tepat di depan wajah Jiyong, meluapkan semua hal yang sudah ia pendam lama, semua rasa sesak dalam hatinya.

Sementara itu Jiyong hanya menanggapi dengan wajah datarnya, tidak ada emosi yang bermain di dalam dirinya, tidak ada semburat rasa yang mewakili perasaan pria itu, seakan semua hal yang baru saja ia dengar hanyalah sebuah pengakuan yang biasa saja. Atau mungkin pria itu tidak tau cara mengatasinya, ntahlah.

"Apa sempurnanya gadis itu ? Muda tidak berpengalaman! Bukankah dia hanya akan menikmati kelebihanmu saja!"

"Tunggu sampai dia meninggalkanmu karena lukamu."

Makian Ahreum menguap begitu saja, sepertinya wanita itu sudah lama memendam semua rasa dan tidak kuat lagi untuk menahannya, ada air mata yang tertahan di pelupuk mata wanita itu tumpah saat ini, dirinya kacau.

Kalimat terakhir yang Ahreum katakan cukup membuat wajah Jiyong memerah, ada rasa tidak terima yang mendemonya untuk bereaksi. Ia memang tidak pernah menyangka jika dalam circle pertemananya akan ada satu orang yang menaruh hati padanya. Jiyong bahkan tidak memberikan mereka sikap khusus, kecuali dengan Soo Joo dan juga Yoon yang memang sudah ia kenal lebih lama sekaligus menjadi tempatnya bertukar pikiran. Lalu mengapa hal semacam ini bisa terjadi. Jiyong tidak mempermasalahkan perasaan wanita itu, karena itu hak Ahreum untuk menaruh perasaan kepada siapapun yang ia kehendaki. Dan bukan kewenang Jiyong untuk menyuruh wanita itu menghilangkan rasa yang ia miliki. Jiyong hanya tidak setuju dengan dua kalimat terakhir wanita itu, kalimat yang seolah mengatkan bahwa siapapun akan kabur jika tau tentang kenyataan dirinya dan kalimat yang seolah menggambarkan keburukan Dara, bahkan semua hal yang disebutkan wanita itu tentang Dara, sangat bertolak belakang.

Light in the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang