Don't Go!

165 31 9
                                    

Jiyong mengercap pelan saat ranjang miliknya berdecit lirih, tidurnya sedikit terusik, bukan karena suara decitan melaikan gadis mungilnya sudah beranjak ntah kemana. Tubuhnya menggeliat kecil, mencari kesadaran penuh untuk melirik jam digital di nakas.

Masih jam setengah lima pagi tapi Dara sudah menghilang ntah kemana. Helaan nafas terdengar memenuhi ruangan remang ini, kenyataan bahwa gadis itu akan kembali ke Seoul sedikit ia sayangkan. Bagaimanapun ia akan kehilangan tempat nyaman untuk terlelap, Jiyong mengakui bahwa terlelap bersama Dara adalah obat mujarab untuk menghilangkan lelahnya.

Kriettt

Pintu kamar dibuka hati-hati dari luar, sang pelaku berharap bahwa seseorang di dalam tidak terganggu dengan aktifitasnya namun sepertinya gadis itu salah menafsirkan. Dara sedikit terkesiap saat melihat Jiyong sudah duduk menyandar di headboard rajang, tengah menatapnya penuh tanya.

"Berangkat jam berapa? Ini masih sangat pagi." Keluh Jiyong yang sejujurnya masih kesal karena Dara yang terjaga membuatnya ikut terjaga.

Dara hanya tersenyum polos sembari melenggang masuk. "Aku harus bersiap-siap, tidurlah lagi."

Jiyong tidak menggubris Dara, ia lebih tertarik untuk memperhatikan gadisnya yang sibuk memasukan barang ke dalam totebag miliknya. Memperhatikan gadis itu membuatnya teringat sesuatu, pekerjaannya hari ini akan sangat padat, mungkin akan sulit menghubungi Dara. "Dee." Panggilan itu membuat Dara menghentikan aktifitasnya.

"Hm?" Ia menoleh kearah Jiyong dan melihat pria itu menepuk tempat kosong di sebelah tubuhnya.

"Kemarilah." Pinta Jiyong.

"Ada apa?" Ia hanya menyimpan tubuh ditepian ranjang dan menatap pria itu penuh tanya.

"Aku benar-benar memboyong semua unit MADE kesini." Jiyong sampai harus memutar posisi duduknya untuk menatap Dara, gadis itu mendengarkan.

"Aku akan sangat sibuk hari ini, jangan pergi keluar Seoul, aku janji akan mengirim Mino atau Seungri untuk kembali setelah pekerjaan disini selesai." Tatapan Jiyong berubah serius pada gadis yang menatapnya sedikit cemas.

Dara mengangguk berat dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Hm." Hanya deheman berat yang sanggup gadis itu berikan sebagai jawaban, bahkan senyum yang muncul terlihat seperti dipaksakan.

"Aku baru turun dan melihat semua orang tidur di ruang tengah." Seru gadis itu menceritakan apa yang ia lihat setelah turun ke lantai bawah. Namun manik itu tidak bisa dibohongi, jawaban Dara yang terkesan mengalihkan pembicaraan membuat Jiyong sedikit menaruh curiga, meskipun pria itu tidak mengungkapkan dan lebih memilih untuk membawa diri dengan baik.

"Aku tidak segan untuk menyeretmu, jika kau tidak mendengarkanku." Lirih namun syarat penekanan itu membuat Dara lagi-lagi mengangguk. "And, I really mean it, Sandara." Tegas Jiyong sembari mendekat kearah gadisnya untuk mengecup lama sisi kepala Dara.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Light in the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang