Wake Up, Ji !

250 37 3
                                    

POV SANDARA

Dalam hidup, apa yang membuatmu bertahan hingga hari ini ? Aku pernah mendengar dari seseorang bahwa harapan akan membuat kita bertahan dari tabiat kejam dunia ini. Apakah itu benar ? Sepertinya begitu ! Harapan bahwa mungkin satu detik kedepan lebih baik dari saat ini, atau esok akan merubah rasa sakit yang sudah bersarang lama menjadi sebuah kebahagiaan akan membuatmu baik-baik saja, setidaknya itu yang kulakukan selama ini, sejak pria yang kuanggap dapat melindungi dan menampung keluh kesahku menghancurkan ekspektasiku tentangnya, Aku harus merubah pola pikirku tentang dunia, tentang bagaimana menjadikan diriku sebagai sumber kebahagiaan untukku sendiri dan bukan mengharapkan kebahagiaan dari orang lain.

"Dee.."

Tubuhku terperanjat saat sebuah tangan menepuk pundakku pelan. "Ibu sudah bangun ?" Kataku saat mertuaku ini berdiri disamping tubuhku.

"Kau bangun pagi sekali, bagaimana tidurmu ?"

"Jadwalku sedikit lebih awal hari ini, nyenyak sekali." Seruku dengan tampang meyakinkan.

"Kapan kau libur Dee ?"

Pertanyaan itu membuatku menoleh kearah Gi Ran yang tengah memotong sayuran. "Sepertinya minggu depan Bu, tapi aku belum tau pastinya." Jawabku, jujur saja aku menginginkan libur untuk sekedar merebahkan punggung di ranjang yang nyaman selama sehari penuh, namun kenyataanya sungguh berbeda.

"Ibu ingin liburan bersama kalian." Gi Ran menoleh kearahku sembari tersenyum hangat. "Pergi ke Kyoto dan tinggal beberapa hari disana." Lanjutnya.

"Kyoto ?"

"Iya, Ibu ada rumah kecil disana dan sepertinya menyenangkan untuk tinggal beberapa waktu bersama kalian."

"Ibu sering kesana ?" Tanyaku penasaran.

"Satu bulan atau dua bulan sekali Ibu slalu kesana untuk sekedar bersih-bersih, namun sudah sekitar enam bulan Ibu tidak kesana." Gi Ran menjeda kalimatnya untuk berjalan menuju meja makan lalu menyimpan tubuhnya di salah satu kursi. "Tanyakan pada Jiyong kapan dia bisa pergi bersama." Lanjutnya.

"Ne, Aku akan tanyakan nanti." Balasku sembari menata makanan di meja makan.

"Yah bau harum apa ini ?"

"Unnie." Seruku saat melihat Dami berjalan masuk dengan Jenny berada di gendongannya. "Morning Princess." Sapaku saat bocah cantik itu tiba-tiba berhambur kearahku dan memeluk kakiku.

"Dee, nanti malam tidur sini lagiii yaaa?" Kata Jenny dengan suara cadel saat aku menggendongnya.

"Neee..." Jawabku membuat bocah itu menghujaniku dengan ciuman di pipi. Manis sekali!

"Jiyong tidak pulang hari ini ?" Tanya Dami padaku.

"Mungkin sore hari dia baru sampai di Seoul." Jawabku sok tau. Sejujurnya aku tidak tau menau tentang kapan pria itu akan pulang, aku bahkan baru ingat tentang kemarahan Jiyong tadi malam. Aish betapa buruknya relasi kami!

"Jenn, turun! Biarkan Dee sarapan." Pinta Dami pada bocah kecilnya yang sibuk mengalungkan tangan di leherku.

"No! Aku ingin makan dengan Dee." Ucapnya polos.

Jawaban Jenny membuat Gi Ra menatapku lalu tersenyum hangat, "Dia sangat nyaman denganmu dan mengabaikan Ibunya." Candanya dengan lirikan dibuat menyedihkan kearah Dami.

"Kau membuat Ibu merasa buruk Jenn." Keluh Dami dibuat-buat sedih.

Aku terkekeh mendengar candaan Ibu dan anak tersebut. "Oke, Kita makan bersama." Bisikku pada Jenny.

.
.


8Pm

Mengetahui kenyataan bahwa petang tiba-tiba meyergapku saat kusempatkan diri untuk menghirup udara segar diluar gedung serba putih itu membuatku sedikit sedih namun juga lega, betapa kesibukan membuatku tidak tau kapan matahari mulai undur diri dari cakrawala dan siang sudah berganti malam. Jarum jam yang melingkar di tangan kiriku sudah menujuk angka delapan, akhirnya jadwalku untuk hari ini usai. Cuaca yang cerah dengan angin malam yang segar, sedikit mengusir lelahku hari ini, Thank You Jesus!

Light in the DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang