Happy Reading guys...
Jangan lupa vote nya biar enggak kelupaan:)Masalah itu ibarat air di keran yang diisi ke dalam bak. Kalau dibiarkan air tersebut bukan hanya terisi penuh di bak tetapi meluber ke mana-mana.
_________________________________________________________"Sampai sekarang gue berharap lo itu Tamara bukan Mawar," batin Danendra.
"Maaf aku belum berani untuk hadir di kehidupan kamu lagi," batin Tamara.
Danendra berdeham dan Tamara pun melepaskan tangannya. Tamara menggaruk belakang kepalanya.
"Ee.. maaf, tapi gue mau ngomong sama lo."
"Ngomong apa?"
Danendra menatap gadis di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan, mata mereka kembali bertemu. Namun keduanya justru hanyut dalam pikiran mereka masing-masing.
Jantung mereka berdetak, mata mereka membulat. Suara kendaraan yang berlalu lalang hanya menjadi suara samar, suara hati mereka berbicara dalam diri masing-masing.
Kedua insan itu kembali jatuh pada pandangan, entah sementara atau selamanya, entah semata atau saling menatap, entah bertepuk sebelah tangan atau saling berharap. Tidak ada yang tahu, bahkan mereka.
Tin..
Suara klakson sebuah mobil berbunyi untuk memperingatkan pengendara sepeda motor yang melaju begitu saja dengan cepat.
Hal itu membuat Tamara beralih menatap ke arah lain ia gugup, Danendra masih terdiam menatap gadis di depannya yang sedang salah tingkah. Senyum Danendra pun terukir di bibir merahnya. Senyuman yang jarang ia tunjukkan itu hadir hingga gadis itu kembali menoleh ke arahnya.
Tamara berdeham, ia sedang menetralkan rasa gugupnya.
"Please ya.. gue mau ngomong sama lo sebentar aja.""Lama juga nggak papa," sahut Danendra.
Deg.
Tamara terdiam, ia merasakan perasaan yang dulu pernah ada. Rasa di mana ia menjalani hubungan dengan Danendra. Tapi, ia berusaha tidak mempedulikan hal itu. Ia menghampiri Danendra dengan tujuan agar pemuda itu pulang ke rumahnya.
"Oke, gue nggak mau panjang lebar ya.. gue pengen lo pulang ke rumah lo. Daripada lo di sini, nggak jelas udah kayak gembel jalanan, tau nggak?"
"Kalau gue nggak mau?"
"Kenapa, ada masalah apa? Jangan kayak anak kecil, bisanya kabur dari rumah."
"Lo nggak tau masalahnya dan nggak perlu tau."
Tamara tersenyum sinis.
"Gue nggak maksa kalau lo nggak mau kasih tau, tapi yang harus lo tau. Masalah nggak akan pernah selesai kalau lo hanya lari dari masalah itu."Danendra terdiam, masih menatap Tamara.
"Misalnya lo nyalain keran di sebuah bak dan lo tinggalin, dan baknya udah terisi penuh terus apa yang terjadi?" tanya Tamara menaikan sebelah alisnya sedikit.
"Kepenuhan."
"Nah, kalau kepenuhan artinya airnya bakalan keluar dari bak kan, sayang dong airnya. Sama kayak masalah, kalau lo diemin aja tuh masalah dan lo tinggalin, masalah itu sama sekali nggak akan selesai dan malah makin besar dan melebar kemana-mana."
Danendra masih terdiam, ia merasa bahwa perkataan gadis di depannya memang benar. Mungkin ini sudah cukup untuk menenangkan diri.
"Dan satu lagi, lo harus mikirin mama lo yang nyariin lo. Dia pasti khawatir dan mikirin lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE 2 [COMPLETED]
Novela Juvenil#16 in Mawar dari 1,06 ribu cerita (30-07-21) "Aku tidak bahagia ketika menyadari aku hanya sendiri tanpa dirimu." Ketika diriku sendiri tidak tahu bagaimana aku menyadari akan suatu hal tentang diri sendiri yang begitu menyedihkan, dan ketika aku h...