Happy Reading...
Jangan lupa vote biar enggak kelupaan ya...Dia bukan berarti tidak peduli, diam juga bukan berarti kalah, tapi diam mengartikan berbagai perasaan terpendam yang seorang pun tidak pernah mengetahuinya kecuali Tuhan dan dirinya sendiri.
___________________________________________Danendra bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya. Hari ini ia terlihat sedikit tidak bersemangat karena Dania sedang sakit jadi ia harus berangkat ke sekolah sendirian.
Ia berniat untuk membawa motor karena Dania tidak masuk. Dan setelah selesai bersiap-siap Danendra turun dan berjalan ke ruang makan untuk menikmati sarapan.
"Pagi sayang," sapa Tania dengan senyuman manis.
"Pagi, Dan." Danendra sedikit terkejut ketika melihat Clara yang sudah duduk bersama sambil menikmati sepotong roti.
"Selama beberapa hari Clara menginap di sini karena papanya sedang pergi ke luar kota," jelas Tania yang mengerti dengan raut wajah Danendra yang terlihat bingung, sambil mengolesi selai cokelat di atas roti.
Setelah mendengar penjelasan Tania, Danendra hanya menganguk kecil mengerti dengan sifat mamanya yang terlalu baik kepada orang lain lalu ikut duduk dan menikmati sepotong roti yang baru saja disiapkan Tania.
"Papa, berangkat duluan ya." Daniel berdiri dari bangkunya dan menghampiri Danendra juga Clara yang langsung mencium punggung tangannya. Lalu ia beralih ke Tania dan mencium pipi istrinya itu.
"Hati-hati ya sayang," ucap Tania sebelum melihat Daniel pergi.
Setelah melihat Daniel pergi, Danendra segera menyelesaikan sarapannya dan mengambil kunci motor yang sudah ia taruh di kantung seragamnya.
"Mah, Danendra berangkat juga." Pemuda itu berdiri dari bangkunya dan berjalan menghampiri Tania, lalu mencium punggung tangan mamanya.
"Eh, kamu berangkat sama Clara ya," cegah Tania.
"Enggak usah tan, lagian sekolah kita kan beda," timpal Clara yang baru saja menyelesaikan sarapannya.
"Udah enggak apa-apa, anterin Clara aja dulu. Lagian sekolah kalian satu arah deketan juga," jelas Tania.
"Yaudah, terserah mama." Dengan sangat terpaksa Danendra menuruti perkataan Tania, karena ia tidak mau terlambat ke sekolah hanya karena terus-menerus berdebat dengan mamanya.
Melihat Danendra berjalan keluar rumah Clara langsung menghampiri Tania dan mencium punggung tangan Tania.
"Tan, Clara pamit ya." Clara berlari kecil mengikuti Danendra.
Setelah berlama-lama berdiam-diaman selama perjalanan akhirnya Clara memilih untuk membuka obrolan.
"Lo masih belum move on dari Tamara?" tanya Clara yang kini melihat punggung Danendra dari belakang.
"Buat apa lo tanya gitu?" Bukannya menjawab, Danendra justru memberi pertanyaan kepada Clara.
"Enggak buat apa-apa, cuman kemarin gue liat foto Tamara yang lo pajang di kamar," jelas Clara.
Setelah mendengar penjelasan itu Danendra tidak menjawab apa-apa, ia hanya mengangguk kecil.
Kini Danendra berhenti di depan sekolah Clara. Dan dengan cepat Clara turun dari motor dengan hati-hati.
"Makasih," ucapnya setelah berhasil turun.
Danendra hanya mengangguk kecil lalu melihat Clara berjalan masuk ke sekolahnya. Sebelum masuk Danendra melihat Clara menyapa seorang pemuda yang Danendra tahu adalah teman sekolahnya Clara. Setelah memastikan Clara baik-baik saja Danendra menjalankan motornya menuju sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE 2 [COMPLETED]
Teen Fiction#16 in Mawar dari 1,06 ribu cerita (30-07-21) "Aku tidak bahagia ketika menyadari aku hanya sendiri tanpa dirimu." Ketika diriku sendiri tidak tahu bagaimana aku menyadari akan suatu hal tentang diri sendiri yang begitu menyedihkan, dan ketika aku h...