Happy Reading guys...
Jangan lupa vote nya biar enggak kelupaan:)Hari ini bahkan detik ini lo masih menjadi separuh ingatan yang selalu menjadi alasanku terdiam.
___________________________________________
Danendra duduk di depan pintu UKS, ia ingin sekali masuk ke dalam namun perasaannya memilih untuk tetap berada di depan pintu.
Cklek.
"Lo enggak masuk, Dan?" tanya Dara yang baru saja keluar dari UKS.
"Udah sadar?" Bukannya menjawab Danendra justru bertanya.
Dara tersenyum tipis lalu menggelengkan kepala. "Gue titip Dania ya..." Dara berjalan menjauh dari UKS.
Danendra menelan air liurnya kasar, lalu berjalan masuk ke UKS dengan langkah pelan.
Ia kini melihat gadis yang selama setahun belakangan ini menemaninya berbaring di ranjang UKS dengan tenang.
Danendra duduk di kursi yang berada tidak jauh dari ranjang Dania, ia terdiam sejenak menatap gadis itu.
Suasana di UKS sangat hening bahkan tidak ada suara sedikit pun, Danendra tampak tenang menatap wajah sahabat kecilnya yang sedang berbaring.
Tiba-tiba sebuah senyuman membentuk di bibir pemuda itu.
"Andai dulu kita tak pernah terpisah..." lirih Danendra masih dengan posisi awal."Egh..." sebuah raungan terdengar dari bibir Dania, gadis itu seperti habis bangun dari tidurnya.
Danendra menampilkan ekspresi datarnya seperti biasa karena mendengar raungan dari sahabatnya yang terbangun.
"Dan..." ujar Dania kaget melihat Danendra kini berada di samping tempat tidurnya.
Danendra tetap terdiam menatap Dania. Sedangkan Dania menetralkan kekagetannya.
"Lo nemenin gue?"
"Iya."
"Maaf ngerepotin." ucap Dania sambil menatap Danendra dengan rasa bersalah membuat pemuda di sampingnya bingung namun masih tetap stay cool.
"Lo enggak ngerepotin." sahut Danendra pelan.
"Yaudah lebih baik lo pergi ke kelas aja, gue bisa sendiri kok," pinta Dania.
Danendra menggelengkan kepala kecil pertanda bahwa dirinya tidak setuju. "Gue nemenin lo."
Pemuda itu sepertinya tidak akan membiarkan Dania sendiri karena ia takut terjadi apa-apa pada sahabatnya yang satu ini.
Dania tersenyum tipis ia merasakan kepedulian Danendra kepadanya memang selalu ada namun hati kecilnya selalu berkata bahwa itu dilakukan karena Danendra menganggapnya sebagai sahabat dan tidak lebih.
***
Danendra kini duduk bersama dengan Leo, Geral, dan juga Dandi di sebuah kedai kopi tempat mereka biasa nongkrong.
Keempatnya kini sterlihat asyik bermain tumpukan balok bertulisan uno.
"Cepetan apa Ral, lama banget lo," suara Leo memenuhi tempat keempat pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE 2 [COMPLETED]
Ficção Adolescente#16 in Mawar dari 1,06 ribu cerita (30-07-21) "Aku tidak bahagia ketika menyadari aku hanya sendiri tanpa dirimu." Ketika diriku sendiri tidak tahu bagaimana aku menyadari akan suatu hal tentang diri sendiri yang begitu menyedihkan, dan ketika aku h...