ALONE 2 || 42

41 9 2
                                    

Happy Reading guys...
Jangan lupa vote nya biar enggak kelupaan:)

Kalau bahagia tidak pernah menghampirimu, maka carilah. Bahagia tidak akan datang jika kamu hanya diam.
_________________________________________________________

Dania duduk di kasurnya sambil memegang sebuah foto tiga anak kecil yang tersenyum bahagia. Sesekali ia mengusap foto yang sedikit berdebu itu.

"Setelah sekian lama, aku kira aku bisa menggantikan posisi Tamara di hati Danendra. Nyatanya nggak sama sekali," ucap Dania sambil memandangi foto.

"Ini udah saatnya aku ikhlasin Danendra juga, aku nggak mau terus memaksa keadaan ini, aku harus move on dari ini semua."

Kini, Dania menaruh fotonya. Lalu ia mengambil ponsel miliknya, untuk menelpon Papanya.

"Hallo."

"Hallo, ada apa?"

"Papa apa kabar di London?"

"Baik, papa sehat. Kalau kamu dan mama juga Dandi gimana?"

"Semua sehat pa.. di sini."

"Alhamdulillah, ada yang penting?"

"Dania mau terima untuk ikut beasiswa ke London pah."

"Kamu serius?"

"Iya pa, aku ingin kuliah di sana."

"Alhamdulillah, papa kira kamu nggak akan mau kuliah di luar negeri. Yaudah kamu fokus dulu sama sekolah, belajar yang baik. Nanti papa kirim formulirnya ya."

"Iya pa, makasih ya pah."

"Sama-sama, papa seneng dengernya. Papa tutup dulu ya, bentar lagi ada meeting. Kamu jaga kesehatan, salam untuk mama dan kakak kamu."

"Iya pah, dah.."

Dania menaruh ponselnya di atas kasur, lalu menatap kembali foto kecilnya itu. Foto Ia, Danendra, juga Tamara.

"Mungkin ini yabg terbaik," ucap Dania lalu menatap sedih ke arah foto.

Rasanya memang sulit, tetapi ia harus tetap tegar. Tidak baik untuk berlama-lama kalut dalam perasaannya sendiri. Cintanya bertepuk sebelah tangan dan akan selalu begitu.

***

Di sisi lain Danendra memandangi rumah yang masih terasa asing baginya. Rumah yang baru hari ini ingin ia tempati, matanya melihat ke sekeliling rumah itu.

Setelah beberapa lama Danendra menghela nafas panjang, lalu berjalan masuk. Langkah Danendra terhenti karena sebuah motor yang tiba-tiba berhenti juga di depannya. Pengendara motor itu menggunakan helm, lalu ia turun dari motor dan membuka helmnya.

"Halo adik," sapanya kepada Danendra.

Danendra masih terdiam menatap tajam orang di depannya. Lalu Danendra berusaha menghiraukan Alan.

"Eh," ucap Alan lalu merangkul Danendra. "Akhirnya kita satu rumah ya bro!"

Langkah Danendra terhenti lagi. "Maksud lo apa?"

"Lo belum tau? Ini kan rumah gue juga ya jelas gue tinggal di sini, haha.. gue duluan." Dengan angkuh Alan berjalan santai masuk ke rumah nenek Danendra.

Danendra akan tinggal bersama Alan adalah sebuah mimpi buruk baginya. Namun jelas, Danendra tidak punya pilihan lain, Danendra masuk ke rumah itu dengan langkah pelan. Namun jelas dari ekspresi di wajahnya Danendra merasa marah dan tidak terima.

Cklek.

Sebuah pemandangan yang tidak pernah Danendra inginkan adalah semua mata tertuju padanya. Di ruang tamu sudah ada neneknya, Alan dan juga seorang wanita berumur sekitar 30 tahunan yang ia duga adalah ibu dari Alan.

ALONE 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang